Di lain sisi, amblesnya saham GOTO juga terjadi di tengah mulai membaiknya kinerja keuangan dan masih suramnya sektor teknologi global akibat ketidakpastian yang tinggi.
Sebelumnya, GOTO membukukan perbaikan kinerja keuangan setelah mampu memangkas rugi bersih.
Baik secara kuartalan (3 bulan, kuartal 2) maupun semesteran (6 bulan) hingga Juni 2023.
Hal tersebut erdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan keterangan resmi perseroan, Selasa pekan lalu.
GOTO membukukan rugi bersih sebesar Rp7,16 triliun di semester I-2023, susut hingga 48% dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp13,65 trilliun.
Khusus di kuartal II-2023, rugi GOTO berkurang drastis hingga 56% menjadi rugi bersih Rp3,31 triliun, dari periode kuartal II-2022 rugi bersih Rp7,56 triliun.
Mengacu laporan keuangan tersebut, penurunan bottom line atau rugi bersih tersebut sejalan dengan kinerja top line atau pendapatan bersih yang melesat.
Kenaikannya yakni 102,35% menjadi Rp6,88 triliun selama 6 bulan, dari pada periode yang sama tahun lalu Rp3,40 triliun.
Pendapatan Tumbuh
Secara kuartalan, pendapatan bersih GOTO sebesar Rp3,55 triliun, tumbuh 87% dari kuartal 2-2022 senilai Rp1,90 triliun.
Adapun selama 6 bulan ini, GOTO mencatatkan pendapatan bruto sebesar Rp11,81 triliun, atau naik 10% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp10,74 triliun.
Jika terinci, pendapatan bruto dari lini bisnis on-demand service melalui Gojek masih yang terbesar yakni Rp5,87 triliun, naik 8% dari sebelumnya Rp5,45 triliun.
Kemudian menyusul pendapatan e-commerce via Tokopedia sebesar Rp4,48 triliun, naik 14% dari sebelumnya Rp3,92 triliun.
Sumbangan dari dua bisnis unit lainnya dari fintech lewat GoTo Financial dengan pendapatan bruto Rp823 miliar, naik 13% dari sebelumnya Rp728 miliar.
Kemudian, logistik lewat GoTo Logistics sebesar Rp1,14 triliun, naik 11% dari Rp1,03 triliun.
Meski ada sedikit perbaikan dari sisi kinerja keuangan, tetapi saham GOTO pada hari ini kembali terkoreksi karena investor masih melakukan profit taking.
Alasannya yakni karena ketidakpastian global yang masih tinggi membuat pemulihan saham-saham teknologi kembali tertahan, termasuk GOTO.
Apalagi, ketidakpastian seputar berakhirnya era suku bunga tinggi juga menghambat pemulihan kinerja saham-saham teknologi di global.
Baca juga: Harga Saham GOTO Belum Rebound ke Rp100 Meski JP Morgan Borong 114 Juta Lembar