Selular.ID – Ransomware masih menjadi salah satu ancaman yang menakutkan bagi masyarakat, khususnya Profesional IT pada organisasi pemerintahan maupun swasta yang dalam operasionalnya melakukan pengumpulan data pribadi.
Ransomware dahulu hanya mengambil data lalu mengenkripsi, namun kini tidak hanya mengenkripsi, tetapi mereka juga mengeksfiltrasi data lalu meminta tebusan dalam pemerasan ganda.
Berdasarkan olah data dari AwanPintar.id selama semester 1 tahun 2023 per sensor telah terjadi 347.172.666 serangan siber di Indonesia, dimana dalam dua bulan terakhir terjadi lonjakan serangan yang signifikan, yaitu saat Ransomware LockBit merajalela di Indonesia.
Sementara itu, menurut riset Verizon tahun 2023 diketahui bahwa jumlah serangan Ransomware dalam dua tahun terakhir berjumlah lebih dari gabungan lima tahun sebelumnya. Ransomware menyumbang hampir satu dari empat (24%) metode serangan digital.
Ransomware Modern Serangan ransomware modern biasanya dioperasikan oleh manusia, membutuhkan kaki-tangan untuk membantu mendapatkan akses ke data sensitif, sehingga sulit bagi korban untuk pulih, dengan kata lain serangan lebih tertarget.
Pelaku ancaman mengandalkan teknik pemerasan ganda (double extortion sampai multiple extortion) dimana ransomware mengenkripsi data korban dan selanjutnya mengekstraknya dari jaringan.
Pelaku kemudian dapat mengancam untuk mempublikasikan data secara online atau menjualnya di web gelap, menekan korban untuk membayar uang tebusan.
Serangan sering melibatkan beberapa kolaborasi grup, seperti model langganan ransomware-as-a-service (RaaS), yang melibatkan pelaku berpengalaman yang menyerang target dengan imbalan beberapa layanan lain.
Baca juga : Kominfo Bisa Berikan Sanksi ke BSI Akibat Ulah Ransomware LockBit