Kamis, 21 Agustus 2025
Selular.ID -

Pemanfaatan AI di Industri Farmasi Indonesia

BACA JUGA

Selular. ID – Digitalisasi teknologi atau transformasi digital sudah menjadi kebutuhan bagi dunia industri saat ini khususnya sektor farmasi. Salah satunya Saat disinggung mengenai pemanfaatan teknologi Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Menurut Yudhi Arieffianto, General Manager IT PT Phapros Tbk bahwa AI merupakan teknologi yang bisa memprediksi suatu pola.

Di luar negeri, industri farmasi sudah ada yang mengembangkan kecerdasan buatan untuk memprediksi senyawa dalam penggunaan obat.

Hal tersebut sangat memungkinkan karena di negara-negara maju database bahan farmasi sudah sangat lengkap.

“Di Indonesia, beberapa pelaku industri farmasi sudah mulai ke arah sana. Termasuk juga Phapros, meski tentu jalannya masih agak panjang.

Baca Juga:Bos OpenAI Butuh Badan Pengawas Internasional Untuk AI

Salah satu yang menjadi tantangan penerapan AI adalah validitas, karena farmasi sangat bergantung pada validitas,”tutur Yudhi.

Lebih jauh Yudhi menyebutkan mengenai transformasi digital atau digitalisasi teknologi di industri farmasi yang tak hanya soal AI.

Menurutnya, pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu faktor yang mempercepat proses tersebut, sehingga banyak operasional bisnis saat ini bisa dipersingkat dan lebih efisien karena adanya teknologi yang memadai.

Karakteristik industri farmasi berkaitan erat dengan regulasi-regulasi pemerintah, seperti tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), penggunaan bahan, pengolahan, infrastruktur hingga sistem komputerisasinya.

“Proses-proses bisnis ini membutuhkan adopsi teknologi, tidak saja di bagian produksi, tapi juga mencakup rantai pasokannya. Dan pemilihan teknologinya dipengaruhi oleh produk yang dipasarkan dan yang paling berkontribusi terhadap pertumbuhan,” tuturnya.

Yudhi menjelaskan, digitalisasi teknologi bisa membantu tim operasional seperti melakukan pengecekan status produksi, kendala yang sedang dihadapi, titik kemacetan atau bottle neck, yang semuanya bisa divisualisasi.

Sebelumnya, tim lapangan tidak punya akses untuk melihat product availability sehingga banyak yang luput untuk diawasi.

“Demikian juga dari sisi pengadaan. Ketika kita menerima terlalu banyak pesanan, maka butuh sistem reminder agar tidak terlewat, sistem monitoring untuk melihat apakah barangnya sudah datang atau belum, sudah ditempatkan atau belum, juga apakah sudah terdistribusi atau masih di pabrik,” ungkapnya.

Menurutnya, industri farmasi merupakan industri padat modal yang tidak saja membutuhkan investasi besar pada mesin, tapi juga kualifikasi ruangan serta persyaratan infrakstruktur.

“Teknologi itu butuh investasi, saat kesenjangan proses sudah teridentifikasi, maka saat itu sudah bisa dicari teknologi yang sesuai dengan portofolio produk kita dan kebutuhan kita.”ujar Yudhi.

Yudhi mencoba menganalogikan pemanfaatan teknologi dari sisi penghematan. Misalnya, memilih teknologi yang bisa menghemat waktu sekian jam dalam proses produksi atau manajemen.

Baca Juga:Apple Larang Karyawan Gunakan ChatGPT dan Chatbot AI Lainnya

Lalu kalkulasikan menjadi nilai rupiah, anggap saja penghematannya senilai 100 juta rupiah, sedangkan harga teknologinya 500 juta. Artinya, dalam lima bulan modal sudah bisa kembali.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU