Selular.ID – Pemimpin puncak dan CFO Huawei, Meng Wanzhou akan memulai masa jabatannya sebagai ketua bergilir perusahaan pada 1 April 2023.
Dia menjadi ketua bergilir perempuan pertama Huawei, menandai wajah baru Huawei yang tengah merintis banyak bisnis baru yang tidak bersinggungan dengan kepentingan Amerika Serikat.
Meng Wanzhou akan menggantikan Guo Ping yang akan menjabat sebagai ketua dewan pengawas Huawei. Setelah Guo, ketua dan ketua wanita yang bergilir adalah Xu Zhijun, Hu Huokon, dan Meng Wanzhou.
Saat ini, Xu Zhijun menjabat sebagai ketua selama 6 bulan dan masa jabatannya akan berakhir pada 31 Maret 2023. Sekadar informasi, masa jabatan ketua bergilir adalah selama 4 bulan.
Dalam keterangan resminya, Huawei menyebutkan bahwa perusahaan mengoptimalkan dan menyempurnakan struktur tata kelola internalnya untuk memastikan perusahaan dibangun untuk bertahan lama.
Baca Juga: Huawei Dilaporkan Tengah Uji Chipsetnya Sendiri
“Dewan pengawas bertanggung jawab atas kelangsungan hidup, perkembangan, dan prospek jangka panjang perusahaan”, kata juru bicara Huawei.
Menjelang bertugas, China National Building Materials Group dan Huawei mengadakan upacara penandatanganan perjanjian kerja sama strategis di Beijing pada Februari.
Meng Wanzhou menghadiri upacara penandatanganan sebagai ketua bergilir Huawei dan menyaksikan penandatanganan tersebut.
Meng Wanzhou lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong China dengan gelar master. Ia bergabung dengan Huawei sejak 1993.
Meski anak dari pendiri Huawaei Ren Zhengfei, Meng tidak mendapat perlakuan khusus. Sebelum mencapai posisi puncak, Meng telah menjalankan berbagai peran di posisi-posisi strategis.
Berturut-turut, Meng menjabat sebagai direktur akuntansi internasional perusahaan, kepala keuangan Huawei Hong Kong, dan presiden departemen manajemen akuntansi. Berikutnya, dia menjabat sebagai wakil ketua, ketua bergilir, CTO dan CFO perusahaan.
Sejak 2003, Meng Wanzhou telah memimpin pembentukan struktur, proses, sistem, dan platform TI organisasi keuangan Huawei yang bersatu secara global.
Sejak 2007 hingga 2014, Meng Wanzhou mempromosikan reformasi IFS (Integrated Financial Services) di Huawei secara global, menjadikan manajemen yang mumpuni sebagai salah satu gen dari pertumbuhan berkelanjutan Huawei.
Pada 2014, Meng Wanzhou memimpin transformasi data Huawei dan membangun sistem manajemen data yang komprehensif. Dia adalah orang kunci untuk mengadaptasi “menghitung satu lubang”, dan menjadikan data sebagai aset strategis perusahaan.
Dia memungkinkan organisasi keuangan untuk menjadi mitra bisnis dan integrator nilai melalui proyek reformasi seperti pengendalian internal atas laporan keuangan, konsistensi akun dan fakta, pengelolaan dana, dan pengelolaan pajak, dan mendukung perkembangan bisnis perusahaan yang cepat dan stabil secara global.
Sejak 2019, Meng Wanzhou telah membangun cetak biru keseluruhan untuk digitalisasi keuangan sejalan dengan pandangan ke depan strategis Huawei dan rencana pengembangan jangka panjang.
Melalui penyelidikan risiko dan model kontrol, sistem kontrol risiko non-kontak serta sistem operasi dan manajemen yang gesit telah ditetapkan untuk melakukan manajemen operasi cerdas dan pengambilan keputusan berdasarkan data dan algoritma AI.
Baca Juga: Huawei Berupaya Bangun Infrastruktur Rendah Karbon di Indonesia
Meng Wanzhou Menjadi Sentral Ketegangan AS, Kanada, dan China
Setahun lalu, Meng Wanzhou, menjadi pusat perhatian publik. Pasalnya, ia termasuk dalam barisan eksekutif Huawei pada acara konferensi pers penyampaian laporan tahunan perusahaan, Senin (28/3/2022) di Shenzhen.
Itu adalah penampilan perdana Meng, menandai kembali kiprahnya di raksasa telekomunikasi yang masih dibelit sanksi AS hingga saat ini.
Meng yang kembali ke China setelah lebih dari seribu hari menjalani penahanan sebagai tahanan rumah di Kanada, bergabung dalam presentasi perusahaan oleh ketua bergilir Huawei Guo Ping.
Kembalinya Meng, menjadi tantangan yang tak ringan. Pasalnya, raksasa teknologi jaringan yang berbasis di Shenzhen itu, kehilangan sebagian pasar peralatan telekomunikasi global senilai US$100 miliar pada 2021.
Sanksi keras yang diberlakukan oleh Washington, mencakup akses ke chip canggih yang dikembangkan atau diproduksi menggunakan teknologi AS, dari mana saja, membuat pendapatan Huawei melorot tajam.
Huawei yang saat ini masih perusahaan pribadi, hanya membukukan total pendapatan 2021 sebesar 636,8 miliar yuan (US$100 miliar), turun hingga 29 persen dari tahun sebelumnya dan kinerja penjualan tahunan terburuk dalam catatan.
Baca Juga: Bukan Lagi Smartphone, Cloud Kini Menjadi Mesin Pertumbuhan Baru Huawei
Meski demikian, berkat langkah-langkah efisiensi, laba bersih mencapai 113,7 miliar yuan, melonjak 76 persen dari 2020.
Walaupun pendapatan tak lagi sebaik tahun-tahun sebelumnya, namun Meng yang secara luas dipandang sebagai pewaris ayahnya di Huawei, memberikan pesan positif.
“Pendapatan Huawei menurun pada 2021, namun kemampuan kami untuk menghasilkan keuntungan dan menghasilkan arus kas meningkat,” kata perempuan yang memiliki nama Inggris Sabrina itu.
Meng, yang kembali ke China dalam penerbangan sewaan September 2021 dipuji sebagai kemenangan diplomatik, meyakinkan bahwa Huawei “lebih mampu menghadapi ketidakpastian” saat ini, meski bertahun-tahun setelah perusahaan itu ditambahkan oleh pemerintah AS ke daftar hitam perdagangan.
“kemampuan kami untuk menghasilkan keuntungan dan menghasilkan arus kas meningkat, dan kami lebih mampu menghadapi ketidakpastian.” ujar Meng.
“Berbagai putaran sanksi yang dijatuhkan oleh AS telah mempengaruhi bisnis kami secara signifikan, terutama smartphone dan PC,” pungkas perempuan berusia 51 tahun itu.
Sejatinya, banyak yang telah terjadi sejak penahanan Meng di Bandara Internasional Vancouver pada Desember 2018 atas permintaan ekstradisi dari Departemen Kehakiman AS, yang menuduh Meng melakukan penipuan karena menyesatkan bank mengenai transaksi bisnis Huawei di Iran.
Selama tahun itu, Huawei berada di jalur yang meningkat untuk menjadi vendor ponsel pintar terbesar di dunia, melampaui Samsung dan Apple.
Namun sanksi keras yang dijatuhkan AS, mengubah medan pertarungan. Hanya setahun setelah sanksi, Huawei terjerembab ke posisi delapan dari sebelumnya vendor ponsel terbesar kedua di dunia.
Sanksi AS terhadap Huawei dan penahanan yang terjadi, membuat jalan hidup Meng berubah. Dari seorang eksekutif Huawei yang rendah hati, Meng bersalin rupa menjadi tokoh sentral dalam perjuangan diplomatik yang melibatkan Beijing, Washington dan Ottawa.
Itu mengubahnya menjadi buah bibir di China. Pidato Meng di landasan Bandara Internasional Baoan, Shenzhen disiarkan secara nasional.
Baca Juga: Pendapatan Huawei Dari Lisensi Paten Melonjak Signifikan
Halaman Selanjutnya