Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Bola Panas Menerjang CEO Amazon Andy Jassy

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Pengurangan Ribuan Karyawan Imbas Kondisi Ekonomi yang Tidak Pasti

Jeff Bezos

Seperti diketahui, pendiri Amazon Jeff Bezos telah mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya sebagai CEO pada 5 Juli 2021. Jeff memilih fokus pada kegiatan amal dan perusahaannya yang lain, termasuk The Washington Post dan Blue Origin.

Jeff kemudian menunjuk Andy sebagai penggantinya. Sebelum ditunjuk oleh Jeff Bezos dan dewan Amazon, Jassy menjabat sebagai SVP dan kemudian sebagai CEO AWS dari 2003 – 2021.

Jassy sendiri dalam sebuah postingan blog, menulis bahwa pengurangan staf dipicu oleh ekonomi yang tidak pasti dan perekrutan cepat perusahaan selama beberapa tahun terakhir.

Pemotongan tersebut terutama akan berdampak pada tenaga kerja korporat perusahaan dan tidak akan memengaruhi pekerja gudang per jam.

Rencana Amazon untuk melakukan perampingan karyawan, sebenarnya sudah tercetus pada Pada November tahun lalu. Saat itu, Amazon dilaporkan bakal memberhentikan sekitar 10.000 karyawan.

Namun menurut Jassy, jumlah pekerjaan yang akan diberhentikan oleh perusahaan ternyata lebih tinggi dari itu, seperti yang dia katakan, “lebih dari 18.000.”

Jassy mencoba memberikan catatan optimis dalam posting blog terkait pengurangan staf besar-besaran. Ia menulis: “Amazon telah melewati ekonomi yang tidak pasti dan sulit di masa lalu, dan kami akan terus melakukannya.”

Meskipun 18.000 adalah jumlah pekerjaan yang besar, itu hanya sedikit lebih dari 1% dari 1,5 juta pekerja karyawan Amazon di gudang dan kantor perusahaan.

Baca Juga: Amazon Akuisisi MGM Studio di Balik Film Ikonik James Bond Senilai Rp121,6 triliun

Tahun lalu, Amazon adalah perusahaan teknologi besar terbaru yang menyaksikan pertumbuhan melambat dari kehancuran era pandemi, sama seperti inflasi yang membuat penjualan menukik signifikan dalam 40 tahun terakhir.

Langkah PHK oleh Amazon, tak berselang lama dari keputusan yang sama oleh Salesforce. Raksasa perangkat lunak bisnis itu,  terpaksa menghilangkan 10% tenaga kerjanya, atau sekitar 8.000 pekerjaan.

Co-CEO Salesforce Mark Benioff menghubungkan penskalaan kembali ke garis yang sekarang sering diulang di Silicon Valley.

Masa booming pandemi membuat perusahaan mempekerjakan terlalu bersemangat. Dan sekarang telah terjadi penurunan pengeluaran perusahaan. Kini fokus perusahaan adalah pada pemotongan biaya.

“Ketika pendapatan kami meningkat melalui pandemi, kami mempekerjakan terlalu banyak orang yang menyebabkan penurunan ekonomi yang sekarang kami hadapi,” tulis Benioff dalam sebuah catatan kepada staf.

Selain Amazon dan SalesForce, pemilik Facebook Meta, serta Twitter, Snap, dan Vimeo, semuanya telah mengumumkan pengurangan staf besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir.

Ini adalah pembalikan yang luar biasa untuk industri yang telah mengalami pertumbuhan fenomenal selama lebih dari satu dekade.

Bagi Amazon, pandemi merupakan keuntungan besar bagi keuntungannya, dengan penjualan online meroket karena orang menghindari belanja di dalam toko dan kebutuhan penyimpanan cloud meledak dengan lebih banyak bisnis dan pemerintah yang memindahkan operasi secara online.

Dan itu, pada gilirannya, membuat Amazon melakukan perekrutan besar-besaran, menambahkan ratusan ribu pekerjaan selama beberapa tahun terakhir.

Menutup tulisannya dalam blog, Jassy mengakui bahwa meskipun perekrutan perusahaan berjalan terlalu jauh. Meski demikian, perusahaan bermaksud membantu meredam pukulan bagi pekerja yang di-PHK.

“Kami berupaya mendukung mereka yang terkena dampak dan menyediakan paket yang mencakup pembayaran pisah, tunjangan asuransi kesehatan transisi, dan dukungan penempatan kerja eksternal,” pungkas Jassy.

Baca Juga: Tampilan dan Fitur Baru dari Amazon Prime Video, Mirip Netflix?

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU