Kamis, 31 Juli 2025
Selular.ID -

Tencent dan ByteDance Dominasi Pendapatan Aplikasi Global di Paruh Pertama 2022

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Tencent Holdings dan ByteDance adalah dua perusahaan peringkat teratas dunia berdasarkan pendapatan aplikasi pada paruh pertama 2022, menurut sebuah laporan baru.

Pencapaian itu membuktikan bahwa para big tech di China masih memiliki kekuatan pasar global meskipun ada hambatan regulasi dan perlambatan ekonomi di dalam negeri.

Sebuah catatan penelitian oleh layanan intelijen pasar selular SensorTower menemukan bahwa Tencent yang berbasis di Shenzhen adalah penghasil tertinggi di antara penerbit game dan non-game, seperti dilansir dari laman media terkemuka Hong Kong, SCMP (14/9/2022).

Perusahaan yang didirikan oleh Ma Huateng itu, menghasilkan pendapatan kotor sekitar US$4,4 miliar selama periode enam bulan berkat video game populer seperti Honor of Kings dan PUBG Mobile.

Baca Juga: Aplikasi Helo Milik Bytedance, Resmi Meluncur di Indonesia

Sementara ByteDance yang berbasis di Beijing berada di urutan kedua dengan US$1,3 miliar yang dihasilkan pada paruh pertama berkat popularitas aplikasi video pendek TikTok.

Di segmen video game, Tencent menarik US$2,6 miliar, yang menyumbang hampir 10 persen dari seluruh pasar aplikasi game senilai US$27 miliar.

Data SensorTower juga menunjukkan seberapa besar pemain besar mendominasi pasar game, dengan 1 persen teratas – sama dengan 460 perusahaan – menyumbang 93 persen dari total pasar, meninggalkan 46.000 perusahaan lainnya untuk memperebutkan sisa US$1,9 miliar.

Laporan SensorTower mencakup 900.000 pembuat aplikasi game dan non-game di seluruh dunia. 1 persen teratas memiliki total 72 miliar pemasangan unik di seluruh dunia di seluruh App Store Apple dan Google Play pada paruh pertama. Angka itu mewakili 79 persen dari total pemasangan global. Sisanya 99 persen penayang berbagi 21 persen pemasangan aplikasi lainnya.

Namun, sementara 1 persen teratas masih memiliki pengaruh besar di dunia game mobile, dominasi mereka telah melemah selama tiga tahun terakhir, kata Justin Cruz, analis wawasan selular di SensorTower.

Tren penurunan itu tak lepas dari adopsi aplikasi selular dan pengeluaran konsumen yag menciut, karena inflasi global dan kesengsaraan ekonomi. Kondisi itu membuat perusahaan seperti Netflix dan ByteDance melakukan diversifikasi ke pasar game, kata SensorTower.

Di sisi lain, pemerintah China terus melakukan peningkatan pengawasan peraturan agar para big tech tak lagi leluasa dan memonopoli pasar.

Salah satu peraturan yang dikeluarkan adalah pengembang game memerlukan persetujuan lisensi dari otoritas setempat.

Alhasil, kondisi yang tidak dapat diprediksi untuk judul baru di pasar dalam negeri telah memaksa pengembang game China untuk mengeksplorasi peluang di luar negeri.

Baca Juga: Dari IPO yang Gagal dan Divestasi Paksa: Warisan Zhang Yimin di ByteDance

Misalnya, Tencent telah meningkatkan saham minoritasnya di pengembang game Prancis Ubisoft. Sementara NetEase mengakuisisi Quantic Dream bulan lalu – setelah kedua perusahaan gagal menerima persetujuan dari Beijing untuk perilisan judul game baru.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU