Selular.ID – Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII 2022 yang dirilis Juni 2022, sekitar 77% penduduk Indonesia sudah terkoneksi internet.
Tepatnya, dari total populasi 272.682.600 jiwa penduduk Indonesia (akhir 2021), yang terkoneksi internet mencapai 210.026.769 jiwa.
Mode koneksi internet yang digunakan mayoritas adalah 77% menggunakan mobile data dari operator selular, dan 20% menggunakan wifi di rumah.
Lebih rinci lagi, sebanyak 24,36% mengaku berlangganan fixed broadband di rumah. Selebihnya hanya berlangganan internet operator selular (75,64%).
Potensi perang tarif
Pada data survei APJII yang berjudul “Profil Internet Indonesia 2022” itu juga menunjukkan bahwa besaran biaya berlangganan masih menjadi indikator kuat bagi masyarakat untuk mempunyai akses broadband di rumah.
Survei yang dilakukan pada Januari dan Februari 2022 dengan jumlah sampel survei 7.568 responden itu mengungkapkan bahwa kualitas koneksi yang bagus di lokasi konsumen berada (47%) dan harga yang menarik (20%) menjadi dua alasan utama pengguna memilih provider fixed broadband.
Lalu berapa besaran tarif yang dikeluarkan konsumen fixed broadband?
Sebanyak 16% responden menyebut biaya berlangganan fixed broadband dirasa semakin mahal sementara 76% merasa tarifnya tidak berubah.
Mayoritas pelanggan fixed broadband memilih paket dengan harga antara Rp100ribu-300ribu (60%) dan Rp300ribu-500ribu (33%).

Strategi Biznet menyikapi perang tarif
Menanggapi potensi perang tarif di antara penyelenggara jasa internet rumahan, Biznet mempunyai strategi untuk menghindari perusahaan terjerembab ke dalam permainan perang tarif.
Agus Ariyanto selaku VP Network Biznet mengatakan, data dari APJII, di Indonesia ada sekitar 600 ISP. Itu yang legal.
“Di jaringan Biznet sendiri, kita menemukan jaringan kita diperjualbelikan lagi ke masyarakat. Seperti itu persaingan yang terjadi saat ini,” ungkap Agus.
Guna tetap berada di jalur yang benar, Agus menuturkan Biznet fokus pada tiga hal, yakni pricing, technology, dan services.
“Kita ada 240 branch atau kantor cabang di seluruh Indonesia yang tersebar di 180 kota. Itu adalah jumlah yang banyak. Karena kita ingin memastikan support kita selalu ada untuk pelanggan. Di Jakarta misalnya ada 20 kantor lebih,” tutur Agus.
“Bersamaan dengan itu, kita juga memastikan teknologi yang digunakan sedekat mungkin dengan pelanggan. Teknisinya selalu ada. Agar lebih sigap, Biznet selalu mengambil support tim ahli di sekitar pelanggan berada. Itu yang membedakan Biznet dengan yang lain.”

Dari sisi teknologi, Biznet menggandeng penyedia jaringan mumpuni yang mampu men-deliver bandwidth besar dalam satu muatan.
Yang terbaru, Biznet menggandeng Ciena untuk menggelar kabel optic yang menyambungkan pulau Jawa dan Sumatera.
Dari sisi pricing, Agus menuturkan bahwa kerjasama dengan Ciena jelas mempengaruhi pricing Biznet.
“Misalnya kita deliver bandwidth-nya kecil, otomatis pricing-nya akan tinggi. Nah bila kita deliver bandwidth besar, maka pricing akan mengikuti. Istilahnya modal bandwidth kita banyak. Per Mbps-nya termasuk affordable. Gak murah gak mahal,” tekan Agus.
Baru-baru ini Biznet mengumumkan kerjasama dengan Ciena dan Terrabit guna menggelar ekspansi Biznet dengan kapasitas 1,2Tbps yang akan datang ke Sumatra, dengan lebih dari 1.000 km koneksi fiber.