Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Masuk Lagi Ke Indonesia, ZTE Hadapi Lima Tantangan yang Tak Ringan

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Dalam beberapa tahun terakhir ini, publik Indonesia lebih mengenal ZTE sebagai salah satu vendor jaringan telekomunikasi, seperti halnya Huawei, Ericsson, dan Nokia.

Sehingga saat kembali berkiprah di bisnis smartphone yang nota bene merupakan produk consumer, perusahaan perlu mengubah orientasi, terutama dalam membangun persepsi merek.

Tak dapat dipungkiri, brand-brand yang hari ini sukses mendominasi pasar berkat konsistensi mereka dalam membangun merek.

Di tengah kompetisi yang ketat, perusahaan dituntut untuk terus menciptakan produk inovatif dan berkualitas yang memberikan nilai tambah kepada konsumen.

Produk berkualitas serta pelayanan prima akan memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi konsumen, menciptakan kepuasan sehingga meningkatkan kepercayaan mereka untuk mengonsumsi produk, sehingga berujung pada loyalitas.

Perilaku Konsumen dan Channel Penjualan yang Berubah Drastis

Jaringan 4G yang terus meluas, semakin mendorong berkembangnya jumlah pengguna internet. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), hingga awal Januari 2022 sebanyak kurang lebih 77 persen atau sekitar 210 juta penduduk Indonesia sudah menggunakan internet.

Pertumbuhan ini sangat fantastis, pasalnya sebelum pandemi angkanya hanya 175 juta. Artinya ada penambahan sekitar 35 juta pengguna internet di Indonesia.

Lonjakan pengguna internet itu membuat  industri e-commerce semakin berlari kencang. Menurut data Wearesocial dan Hootsuite, sekitar 90% pengguna internet di Indonesia pernah berbelanja online.

Hal ini cukup membuktikan bahwa masyarakat semakin nyaman belanja secara daring. Selain mempersingkat waktu dan tenaga, ada banyak promo yang diberikan selain bebas ongkos kirim, sehingga belanja jadi lebih hemat. Belum lagi fasilitas free ongkos kirim, kemudahan cara bayar dan kecepatan waktu pengiriman.

Perubahan perilaku konsumen di era digital, tentu menjadi peluang sekaligus tantangan bagi ZTE. Perusahaan perlu merumuskan strategi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan, yang utamanya di-drive oleh perkembangan teknologi dan media sosial.

Meski akses internet sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Begitu pun belanja daring yang sudah menjangkiti sebagian masyarakat, terutama kalangan milenial, namun hal itu tidak sepenuhnya menggantikan toko fisik.

Pasar offline dinilai tetap sangat penting, karena pelanggan Indonesia masih butuh experience terhadap sebuah produk sebelum memutuskan untuk membelinya.

Bisa disimpulkan, pasar online menjadi pelengkap dari ekosistem yang tengah tumbuh saat ini. Sehingga wajib hukumnya bagi vendor untuk mengembangkan omni-channel dengan memanfaatkan teknologi digital. Jadi, keputusan ZTE menggandeng Erajaya sebagai mitra penjualan, baik online maupun offline sudah sangat tepat.

Permintaan Smartphone Melemah Karena Rendahnya Daya Beli Masyarakat

Ambisi ZTE menaklukkan pasar Indonesia, bisa jadi terhalang oleh permintaan pasar yang saat ini terbilang lesu darah. Pandemi covid-19 memang mulai terkendali, namun kondisi makro ekonomi belum menujukkan pemulihan dibandingkan pra pandemi.

Menurut IDC Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker, pasar smartphone di Indonesia pada kuartal 1-2022 anjlok tajam. Terjadi penurunan sebesar 17,3% YoY (year over year) dari tahun sebelumnya.

Dengan capaian 8,9 juta unit pada tiga bulan pertama tahun 2022, angka itu merupakan penurunan sebesar 13,1% QoQ (quarter over quarter) dibandingkan kuartal sebelumnya (Q4-2021).

IDC menyimpulkan bahwa, penurunan ini disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat akibat adanya peningkatan harga barang seperti bensin dan komoditas (termasuk ponsel), serta kurangnya pasokan smartphone pada segmen entry-level di pasar.

Smartphone pada rentang harga US$200 ke bawah, mengalami pasokan yang ketat menyusul kendala pasokan chipset 4G low-end, berimbas pada penurunan di segmen ini yakni sebesar 22% YoY.

Kombinasi daya beli masyarakat yang turun dan mimimnya pasokan chipset, IDC memperkirakan bakal terjadi penurunan pengiriman smartphone pada Q2-2022 jika dibandingkan dengan Q2-2021.

Meski demikian, IDC menyebut secara keseluruhan, jumlah pengiriman smartphone pada 2022 tak jauh berbeda dibandingkan dengan 2021, yaitu sebesar 40,9 juta unit, alias stagnan.

Meski pasar cenderung melemah, namun selalu ada peluang bagi pemain baru, seperti ZTE. Pasalnya, konsumen Indonesia cenderung tidak loyal pada satu brand.

Tak dapat dipungkiri, kiat dan strategi pemasaran akan menentukan nasib ZTE ke depannya. Apakah ZTE akan mampu berkibar atau hanya sekedar menjadi pemain pinggiran.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU