Pasar Notebook Mulai Digempur Merek-Merek China
Meski tidak sebesar smartphone, namun pasar notebook tetap menarik dan patut diperhitungkan di Indonesia. Sejauh ini Asus masih nyaman berada di posisi teratas, khususnya segmen laptop consumer dan komersial yang terus berkembang.
Brand yang lekat dengan slogan “In Search of Incredible” itu, mampu menyingkirkan beberapa brand komputer ternama.
Meski demikian, Asus layak mewaspadai agresifitas vendor lain. Tak hanya Acer, Dell, HP, atau Lenovo yang selama ini merupakan pesaing tradisional, namun juga vendor-vendor China yang mencoba melebarkan sayap di ekosistem IoT (internet of things) dengan smartphone sebagai gadget utama.
Seperti diketahui, sejak dua tahun terakhir merek-merek China mulai mengumbar produk notebook mereka di pasar domestik.
Setelah Xiaomi dan Infinix yang resmi memperkenalkan portofolio produk laptopnya di Tanah Air, giliran brand smartphone asal China Realme yang juga terjun ke pasar laptop dalam negeri. Selain itu, Huawei juga memperluas lini produknya dengan menghadirkan sejumlah varian baru belum lama ini.
Baca Juga: Apa Keunggulan ASUS Vivobook 13 Slate OLED Dibanding Laptop Lainnya?
Secara umum, vendor-vendor smartphone yang merilis notebook ke pasar dalam negeri umumnya menyasar segmentasi generasi muda, mulai dari pelajar hingga pekerja kantoran di kategori kelas menengah.
Pasar tersebut yang sudah ramai dengan para pelaku eksisting sebelumnya, kini makin ramai dengan kehadiran produsen dan produk baru. Hal ini tentunya bisa dilihat secara positif bagi konsumen karena memiliki lebih banyak pilihan.
Dari sejumlah vendor China yang masuk ke segmen notebook, Asus layak mewaspadai langkah Huawei yang berambisi menaklukkan pasar Indonesia.
Akibat pemberlakuan sanksi oleh AS sejak pertengahan 2019, Huawei tak lagi leluasa mengembangkan bisnis smartphone.
Namun bukan Huawei jika tidak bisa bangkit. Boncos di smartphone, Huawei kini mengalihkan fokusnya pada bisnis consumer devices yang prospektif.
Di segmen notebook misalnya, meski baru memulai pada 2016, Huawei telah menguasai sekitar 11% pangsa pasar notebook, khususnya segmen premium di China.
KrASIA melaporkan bahwa bisnis PC Huawei tumbuh 214% tahun-ke-tahun di Q3 2019. Kinerja Huawei di segmen laptop terbilang moncer. Pasalnya, pada 2018 pangsa pasar Huawei baru sekitar 2%.
Memasuki 2019, laptop besutan Huawei di bawah merek MateBook dan Magicbook meningkat pesat dan melampaui pertumbuhan rata-rata pasar notebook di China.
Secara keseluruhan, Huawei mengklaim sebagai produsen notebook terbesar kedua di China berdasarkan pangsa pasar, hanya di belakang Lenovo, pembuat PC terbesar di China dan juga dunia.
Sukses di China, Huawei kini mulai menginvasi pasar di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Persepsi akan kualitas, seperti halnya smartphone, membuat peluang Huawei mengambil market share bisnis notebook di Indonesia terbilang besar.
Apalagi sebagian konsumen Indonesia mungkin sudah bosan dengan merek itu-itu saja. Dengan tampilan dan kualitas yang sebanding dengan MacBook buatan Apple, notebook Huawei bisa menjadi kuda hitam yang layak diperhitungkan.
Apalagi Huawei juga melengkapinya dengan Supper Device Support (SDS), di mana pengguna dapat dengan mudah menyambungkan lebih banyak perangkat Huawei mereka.
Dengan SDS pengguna akan mendapatkan dukungan yang lebih luas, bukan hanya untuk laptop, smartphone, dan tablet saja. Melainkan, ekosistem yang mendukung speaker, TWS, monitor, dan lainnya.
Tak dapat dipungkiri, popularitas yang sudah dimiliki merek-merek China di segmen smartphone, membuat peluang menggusur pemain yang selama ini sudah ‘bulukan’ di pasar notebook terbuka lebar.
Strategi harga yang terjangkau dibarengi dengan kualitas produk, menjadi kunci dalam merebut konsumen. Hanya diperlukan konsistensi dalam menggarap pasar, sehingga kepercayaan konsumen semakin meningkat.
Meski demikian, pergeseran selera konsumen tentu masih memerlukan waktu. Di sini pemain lama dapat memperkuat persepsi yang sudah dibangun, agar konsumen tidak lari, terutama dari sisi layanan purna jual.
Asus misalnya, terkenal karena memiliki komitmen kuat di tahap purna jual produknya. Program tersebut merupakan layanan perlindungan ekstra untuk pengguna laptop jika terjadi kerusakan pada unit yang tidak ter-cover oleh garansi standar Asus, termasuk kerusakan akibat kelalaian pengguna.
Sebagai catatan setiap pembelian laptop Asus resmi otomatis akan mendapatkan garansi perbaikan selama 2 tahun baik di dalam negeri maupun secara global. Namun garansi ini tentu saja berlaku apabila kerusakan yang terjadi bukan karena kelalaian pengguna.
Selain garansi resmi tersebut, Asus melengkapi layanan dengan memberikan Asus Perfect Warranty. Program ini merupakan garansi ekslusif dari Asus di tahun pertama masa garansi notebook Asus.
Baca Juga: ROG GL503 Jadi Notebook Pertama Asus di 2018
Layanan ini merupakan layanan premium dimana Asus akan menanggung 80% biaya jasa perbaikan dan spare part untuk kerusakan-kerusakan yang disebabkan kelalaian pengguna.
Sementara khusus untuk pengguna ZenBook, Asus akan memberikan layanan Asus VIP Perfect Warranty. Layanan tersebut akan menanggung 100% biaya jasa perbaikan dan spare part untuk kerusakan-kerusakan yang disebabkan kelalaian pengguna.