Selular.ID – Starlink milik orang terkaya di dunia, Elon Musk telah diberi wewenang untuk menyediakan layanan internet satelit di Filipina, membuka jalan bagi ekspansi unit SpaceX ke Asia Tenggara.
Lewat sebuah pernyataan pada Jumat (27/5), Komisi Telekomunikasi Nasional Filipina (NTC) mengatakan telah menyetujui pendaftaran Starlink sebagai penyedia layanan bernilai tambah.
Kebijakan ini akan memungkinkan Starlink untuk langsung mengakses sistem satelit, sekaligus membangun dan mengoperasikan fasilitas broadband.
NTC menyebutkan bahwa, Filipina akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menawarkan layanan internet satelit kecepatan tinggi dan latensi rendah dari Starlink.
Masuknya Starlink akan menguntungkan area yang kurang terlayani di negara kepulauan itu, kata Komisaris NTC Gamaliel Cordoba dalam pernyataannya.
Sekedar diketahui, pemerintah Filipina tahun lalu memberikan kemudahan akses teknologi satelit untuk memperluas konektivitas internet di seluruh wilayah negara.
Baca Juga: Layanan Internet Starlink Segera Masuk ke Indonesia, Sudah Jangkau 32 Negara
Keputusan Filipina menggandeng Starlink, membuat para mitranya memperoleh manfaat langsung. Saham Transpacific Broadband Group International, perusahaan yang mengatakan pada Oktober 2021 bahwa mereka ingin bermitra dengan Starlink, melonjak sebanyak 15,3% pada Jumat lalu.
Penyedia solusi TI DFNN Inc, di mana ketuanya bertemu dengan para eksekutif SpaceX, juga naik sebanyak 12,6%. Begitu pun dengan saham Converge ICT Solutions, vendor yang menyewakan infrastruktur untuk SpaceX, naik sebanyak 3,3%.
Dengan menggandeng Filipina, Starlink semakin memperluas jangkauan internet broadband berbasis satelit ke seluruh dunia.
Sebelumnya dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di Twitter pada pertengahan bulan ini, Starlink mengungkapkan bahwa layanan internet mereka telah menjangkau 32 negara.
Rest of World melaporkan bahwa mayoritas pengguna Starlink berbasis di Amerika Utara, dengan sebagian besar sisanya berbasis di Australia, Selandia Baru, dan Eropa.
Perang Ukraina dan Rusia memberi kesempatan kepada Starlink untuk unjuk gigi. Ketiadaan internet karena invasi Rusia, menjadikan Starlink menjadi sangat dibutuhkan oleh masyarakat Ukraina.
Faktanya, layanan berbasis satelit ala Starlink, memberikan alternatif untuk sistem berbasis darat yang seringkali sulit untuk digunakan di daerah terpencil atau rentan terhadap gangguan oleh aksi militer atau bencana alam.
Baca Juga: Pukulan Bagi Elon Musk, Pengadilan Prancis Batalkan Lisensi Starlink
Meski berupaya memperluas jangkauan, tidak semua di negara bersedia bekerja sama dengan Starlink. Perancis misalnya, menjadi negara pertama di dunia yang menarik kembali lisensi yang sebelumnya telah diberikan.
Pada April lalu, Pengadilan Administratif Tertinggi Prancis, Conseil d’Etat, mencabut keputusan Arcep untuk memberikan frekuensi ke layanan broadband satelit orbit rendah Bumi (LEO) kepada Starlink, dengan alasan regulator telekomunikasi itu tidak melakukan proses yang benar.
Sebelumya, Arcep pada Februari 2021, memberi wewenang kepada Starlink untuk menggunakan dua pita frekuensi untuk menyediakan layanan broadband berbasis satelit di negara itu.
Namun, Conseil d’Etat membatalkan keputusan regulator setelah ditentang di pengadilan oleh dua kelompok lingkungan. Dalam putusannya yang diterbitkan pada Kamis, 6 April 2022, pengadilan mencatat Arcep gagal melakukan audiensi publik sebelum memberikan izin frekuensi kepada Starlink.