Jakarta, Selular.ID – Pasar ponsel pintar global mengalami penurunan pengiriman setahun penuh untuk kali pertama selama 2018. Demikian perusahaan riset Strategy Analytics, menyampaikan paparan terbaru tentang pasar smartphone dan kinerja brand-brand terkemuka.
Pengiriman setahun penuh turun 5 persen tahun-ke-tahun menjadi 1,43 miliar unit. Sedangkan pengiriman pada Q4-2018, turun 6 persen menjadi 376 juta unit.
Linda Sui, Direktur Strategy Analytics, mengatakan bahwa pasar ponsel pintar global sekarang telah menurun selama lima kuartal berturut-turut karena berbagai sebab. Diantaranya tingkat penggantian yang lebih lama, kurangnya model-model yang lebih menarik, serta hambatan ekonomi.
Samsung masih mempertahankan posisi teratasnya. Meski demikian, volume penjualan Samsung tercatat turun 7 persen tahun-ke-tahun pada Q4 menjadi 69,3 juta unit.
Raksasa Korea Selatan itu, terlihat semakin kedodoran dalam menghadapi persaingan ketat dengan dua seteru terdekatnya, Apple dan Huawei. Juga vendor lainnya di seluruh pasar utama, yakni India, Eropa dan AS.
Strategy Analytics mecatat pengiriman iPhone pada kuartal ke 65,9 juta, turun 15 persen, akibat penurunan penjualan di pasar China yang selama ini menjadi lumbung penjualan.
“Permintaan untuk model XR, XS, dan XS Max yang baru, justru turun di bawah ekspektasi”, kata Direktur Eksekutif Strategy Analytics, Neil Mawston.
Sebaliknya, pengiriman Huawei mencapai 48 persen menjadi 60,5 juta unit pada Q4-2018. Itu berarti, Huawei tumbuh signifikan mencapai 35 persen dalam setahun penuh.
Vendor China lainnya, Oppo bertahan ke tempat keempat. Oppo sukes meningkatkan pangsa pasarnya saat memperluas operasinya di seluruh Eropa dan Afrika. Oppo juga semakin popular di sejumlah pasar utama Asia di luar China, seperti India, Indonesia, Filipina dan Thailand.
Berbeda dengan Huawei dan Oppo, kinerja Xiaomi sepanjang 2018, digambarkan sebagai “loyo”. Strategy Analytics menilai, anjloknya performa Xiaomi disebabkan oleh kekeliruan perusahaan dalam menimbun persediaan unit. Stok berlimpah tersebut, tak mampu diimbangi perusahaan dalam menghadapi ketatnya persaingan di pasar utama, terutama China dan India.
Ini bukan kali pertama Xiaomi mengalami penurunan kinerja. Tengok saja data yang dikeluarkan IDC pada kuartal kedua 2016. Tercatat penjualan smartphone Xiaomi turun dari 17,1 juta unit menjadi hanya 10,5 juta unit, hanya di pasar China saja.
Di sisi lain, Huawei, Oppo, dan vivo mencatatkan peningkatan angka penjualan yang tinggi sehingga ketiganya sulit dikejar oleh Xiaomi.
Meski tak lagi sepopuler Huawei dan Oppo di pasar dalam negeri, namun sejauh ini kinerja Xiaomi masih mentereng di dua negara yang memiliki pasar terbesar setelah China, yakni India dan Indonesia.
Di India, Xiaomi sukses mempertahankan posisi di posisi teratas, usai mengkudeta Samsung pada pertengahan 2018. Begitu pun di Indonesia, Xioami masih menjadi runner up dibawah Samsung. Namun keberhasilan Xiaomi mengunci posisi kedua, masih dikontribusi oleh membanjirnya produk di pasar BM (black market).