Jakarta, Selular.ID – Sebagai akibat dari pertempuran dagang baru-baru ini dengan para pejabat AS, ZTE memprediksi bahwa kinerja perusahaan akan tertekan sepanjang tahun ini. Vendor telekomunikasi yang berbasis di Shenzen itu, memperkirakan bakal menelan kerugian bersih yang terbilang besar pada paruh pertama 2018.
Dalam pernyataan awal yang dikeluarkan untuk para investor, perusahaan kemungkinan mencatat kerugian antara CNY7 miliar (USD1 miliar setara dengan Rp15 Triliun) hingga CNY9 miliar. Berbanding terbalik dibandingkan periode 2016, saat perusahaan mampu mencetak laba sebesar CNY2.3 miliar.
Jika prediksi tersebut menjadi kenyataan, itu adalah penurunan yang tajam karena mencapai 400% hingga 500%.
ZTE mengaitkan penurunan kinerja karena dua hal krusial. Pertama, penangguhan operasinya setelah larangan perdagangan yang dikeluarkan oleh regulator AS. Kedua, denda sebesar USD1 miliar yang disepakati untuk membayar sebagai bagian dari kesepakatan yang akan membebaskan ZTE melanjutkan perdagangan dengan perusahaan-perusahaan di negara itu.
Saat ini ZTE masih bekerja untuk menutup kesepakatan dengan pemerintah AS, termasuk ketentuan merubah struktur kepemimpinannya dan menempatkan tambahan USD400 juta dalam rekening penampungan (escrow account).
Baca juga: Pasca Pemulihan Bisnis di AS, ZTE Kejar Pinjaman USD11 Miliar
ZTE baru-baru ini memilih dewan delapan anggota BOD dan menunjuk presiden perusahaan baru, termasuk membayar denda USD1 miliar pada Juni lalu.
Departemen Perdagangan AS (DoC) telah mengkonfirmasi pada awal pekan ini bahwa mereka menandatangani perjanjian dana penampungan dengan ZTE. DoC pun menegaskan larangan perdagangan akan dicabut setelah ZTE menyetorkan USD400 juta ke rekening yang ditunjuk.