Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Ada Apa Dengan Lenovo Motorola?

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Jakarta, Selular.ID – Masa dua tahun, yakni 2015 dan 2016, bisa disebut sebagai periode terbaik Lenovo. Riset IDC mengungkapkan, vendor asal China itu mampu mengamankan posisi di lima besar produsen smartphone Tanah Air selama dua tahun berturut-turut.

Bahkan lewat seri A yang dibandrol dengan harga terjangkau, yakni hanya USD100, pangsa pasar Lenovo meningkat drastis, mencapai 9,2%. Membuat Lenovo bertengger di posisi tiga besar khusus untuk pasar smartphone di kuartal keempat 2015.

Ini adalah pencapaian yang cukup membanggakan, mengingat brand ini sebelumnya lebih dikenal sebagai produsen PC dan note book, bukan smartphone.

Apalagi persaingan ponsel di Indonesia bersifat terbuka dan menjurus pada hyper competition mengingat banyaknya pemain yang bertarung di pasar. Berbeda dengan PC dan note book yang pemainnya itu-itu aja.

Meski pasar ponsel Indonesia sudah penuh sesak oleh vendor global dan lokal, namun hal itu tak menyurutkan langkah Lenovo. Kehadiran kembali Motorola yang diakusisi dari Google, menambah optimis manajemen Lenovo. Lewat brand ikonik itu, mereka berharap bisa mengejar vendor besar lainnya, terutama Samsung yang masih menjadi pemimpin pasar.

Keyakinan tersebut disampaikan langsung oleh Augustin Becquet, Executive Director of Asean, Lenovo Mobile Business Group and Motorola Mobility, saat lunch break dengan awak media, pasca peluncuran varian teratas, Moto Z2 Play di Bangkok, Rabu (5/7/2017).

Baca juga: Menelisik Kebangkitan Motorola di Tangan Lenovo

Dalam kesempatan itu, saya bertanya langsung kepada Augustin tentang seberapa penting pasar Indonesia bagi Lenovo Group. Dengan tegas, pria asal Perancis itu menyatakan bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat strategis bagi Lenovo dan Motorola.

Dengan permintaan ponsel mencapai lebih dari 40-50 juta unit per tahun, khususnya smartphone yang tumbuh pesat, Indonesia kini menjadi pasar terbesar kedua setelah China di kawasan Asia Pasifik, mengalahkan India.

“Kehadiran kembali Motorola sejak akhir 2016, menunjukkan Indonesia adalah pasar yang sangat strategis. Kami fokus untuk terus menghadirkan produk yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan konsumen”, ujar Augustin.

“Pada akhirnya dalam beberapa tahun ke depan, target kami bisa mencapai tiga besar di Indonesia”, tambah Augustin.

Namun, terkadang target yang sudah dicanangkan tak selalu mudah untuk diraih. Alih-alih merebut posisi ketiga, sepanjang 2017 dan berlanjut hingga kini, pangsa pasar Lenovo malah melorot drastis, hingga terlempar dari posisi lima besar.

Berdasarkan laporan IDC per kuartal ketiga 2017, lima besar merk smartphone di Indonesia, adalah Samsung, Oppo, Advan, Vivo dan Xiaomi. Sementara pada kuartal keempat 2017, terdapat sedikit perubahan.

Tiga besar teratas masih tetap, namun posisi empat dan lima terjadi pergeseran. Asus kembali masuk dan Vivo tergelincir ke posisi lima. Xiaomi, vendor asal China yang sarat dengan kontroversi, bahkan tak lagi menghuni peringkat lima.

Tanda-tanda anjloknya pangsa pasar Lenovo Group, sesungguhnya mudah ditebak. Salah satunya karena line up produk yang menciut drastis. Begitu pun dengan aktifitas pemasaran yang cenderung menurun sejak memasuki pertengahan 2017 dan berlanjut hingga kini.

Tengok saja di sepanjang kuartal pertama 2018, tak ada satu pun produk baru yang diluncurkan ke pasar. Hal ini sangat berbeda dengan para pesaing, yang rata-rata sudah meluncurkan rata-rata tiga hingga empat smartphone terbaru.

Bahkan, pemain anyar seperti Honor, sudah memperkenalkan tiga varian debutan yang mampu menggoda konsumen. Harga terjangkau namun spesifikasi terbilang mumpuni. Sejak pertama kali hadir pada Maret lalu, sub brand Huawei itu resmi memperkenalkan Honor 9 Lite, Honor 7X, dan yang terbaru Honor 7A.

Tak adanya produk baru dan sepinya aktifitas pemasaran, tentu sangat disayangkan. Karena hal itu bisa berdampak negatif terhadap brand awareness Lenovo Motorola yang sudah terbangun cukup baik.

Seperti kita ketahui di era pasar bebas, investasi besar bagi sebuah perusahaan adalah upaya membangun reputasi brand. Dan dalam kasus Lenovo Motorola, hal itu bisa menjadi sia-sia. Karena momentum pasar tidak bisa muncul begitu saja. Diperlukan konsistensi agar pesaing tidak mencuri pangsa pasar yang sudah dikuasai.

Padahal pada periode 2015 hingga semester pertama 2017, Lenovo Group terlihat agresif merebut pasar smartphone di berbagai kelas di Indonesia. Termasuk segmen mid to high end yang potensi pasarnya semakin menjanjikan karena terus bertumbuhnya kelas menengah.

Saat itu, demi mengejar pertumbuhan market share, Lenovo secara konsisten mengeluarkan sedikitnya lima smartphone baru pada setiap kuartal. Terutama smartphone 4G untuk berbagai segmen, dengan kualitas produk yang dapat diandalkan dan harga yang terjangkau.

Baca juga: Aksi Lenovo dan Motorola Menggebrak Pasar Indonesia

Perihal anjloknya performa Lenovo Group, beberapa waktu lalu saya sempat menanyakan langsung kepada Adrie R. Suhadi, Country Lead Manager Smartphone Lenovo and Motorola Mobility Indonesia (saat itu).

Adrie mengakui bahwa Lenovo Group tergelincir dari posisi elit. Agresifitas vendor smartphone lainnya, seperti Oppo dan Vivo yang rela menggelontorkan dana marketing sangat besar, membuat market share Lenovo tergerus.

Adrie mengatakan, strategi menggandeng selebritis sebagai brand ambassador dibarengi dengan iklan besar-besaran, memang bisa mendongkrak penjualan dalam waktu singkat. Namun belanja pemasaran yang gila-gilaan, bisa jadi bumerang di masa depan.

“Kami lebih memilih untuk bekerjasama dengan partner-partner strategis untuk channel offline dan online, serta memanfaatkan media sosial. Begitu pun dengan kalangan media untuk meningkatkan reputasi brand”, ujar pria yang kini telah berpindah posisi sebagai COO Lenovo Motorola Mobility Indonesia.

Meski demikian, Adrie menambahkan, penurunan pangsa pasar juga tak lepas dari perubahan strategi yang diusung Lenovo Group. Selain lebih banyak membidik segmen menengah (mid end), perusahaan berencana untuk lebih memperkuat pasar dengan strategi single brand, yakni Motorola.

Seperti diketahui, sejak 2016, Lenovo Group menggunakan dua brand. Lenovo untuk segmen menengah bawah dan Motorola di segmen menengah atas. Strategi itu sebenarnya cukup efektif dalam memperbesar volume penjualan.

Namun, dalam perjalanannya, meski Lenovo sudah cukup kuat menancap di benak konsumen, perusahaan melihat brand Motorola masih sangat kuat di benak masyarakat.

Sehingga awareness tersebut sudah selayaknya dimanfaatkan lebih jauh agar bisa memenangkan persaingan. Sebab untuk dapat menjual perangkat dalam jumlah besar, perusahaan perlu mengerahkan seluruh aset yang dimilikinya.

“Motorola adalah brand ikonik. Dengan kembali mempopulerkan Motorola, masyarakat Indonesia akan menikmati smartphone yang lebih dari sekedar price performance”, ujar Adrie.

Baca juga: Lenovo Group Janjikan Strong Comeback di 2018

Dengan fokus pada brand Motorola, Adrie optimis dalam waktu dua tahun, Motorola bisa kembali menjadi salah satu merek ponsel terlaris di Indonesia.
Salah satu varian yang akan digenjot penjualannya adalah G Series. Adrie mengungkapkan, pada akhir 2017 varian G Series mampu menyumbang 15% pendapatan Lenovo di Indonesia. Salah satunya adalah Moto G5S Plus.

Sejak pertama diperkenalkan ke pasar Indonesia pada September lalu, ribuan unit Moto G5S Plus terjual secara cepat dalam program flash sale di Lazada.
Melihat permintaan yang cukup tinggi, pihaknya berencana meluncurkan tiga varian G Series pada kuartal pertama 2018, dengan rentang harga Rp1,5 juta – Rp4 juta. Ketiganya dikabarkan tengah antre menunggu sertifikat lolos uji TKDN.

Sayangnya, hingga memasuki Juni 2018, tanda-tanda kehadiran varian Motorola G Series terbaru, seperti yang sudah dijanjikan juga tidak kelihatan.

Ada apa dengan Lenovo Motorola?

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU