Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Dugaan Dumping Xiaomi, Siapa Paling Terdampak?

BACA JUGA

xiaomi storeJakarta, Selular.ID – Pekan lalu Xiaomi menghentak pasar Indonesia. Vendor handset nomor lima terbesar di dunia itu, resmi menghadirkan varian terbaru di kelas entry level, yakni Redmi 5A.

Meski masuk ke pasar pemula, spesifikasi yang ditawarkan Redmi 5A terbilang sangat menarik. Diantaranya mencakup layar 5 inci dengan resolusi HD (1.280 x 720 piksel), chip Snapdragon 425, RAM 2 GB, dan memori internal 16 GB dengan dukungan kartu memori micro SD.

Komponen lain baterai 3.000 mAh, kamera depan 5 megapiksel, dan kamera utama 13 megapiksel dengan fitur phase detect autofocus dan menjalankan OS Android 7.1.2 Nougat dengan antarmuka MiUI 9.

Dengan spesifikasi di atas, Xiaomi berani menjual Redmi 5A dengan harga Rp 999.000 di Indonesia. Banderol tersebut diakui lebih rendah dibandingkan harga Redmi 5A di Tiongkok sekalipun, yakni Redmi 5A dijual dengan harga sekitar Rp 1,3 juta.

“Biasanya, harga smartphone kami di China adalah yang paling murah karena untuk pemasaran di negara lain ada ongkos logistik dan lain-lain. Tapi, kami dengan bangga mengumumkan bahwa harga Redmi 5A di Indonesia memang Rp 999.000,” kata Donovan Sung Director Product Management and Marketing Xiaomi Global (20/12).

Meski menguntungkan konsumen, namun sejumlah vendor melihat penerapan harga tersebut berpotensi merusak pasar. Pemberlakuan harga yang jauh berbeda di bawah pasar negaranya sendiri ini, menurut beberapa eksekutif vendor smartphone yang tidak mau disebut namanya, Xiaomi diduga telah melakukan praktek dumping dalam memasarkan produk terbarunya itu di Indonesia.

Walau pun terindikasi dumping, Ali Soebroto, Ketua Umum Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI) mengatakan bahwa dugaan ini masih diteliti oleh anggota AIPTI. Pihaknya juga akan menggandeng KADI (Komite Anti Dumping Indonesia) untuk membuktikan hal tersebut.

“Kalau kita bisa buktikan harga Free on Board (FOB) nya lebih rendah dari harga jual di lokal maka bisa kita bawa ke Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) untuk dikenakan anti dumping duty,” jelasnya kepada Selular.

Di sisi lain, Ali menambahkan bahwa rendahnya harga yang dipatok oleh Xiaomi menunjukkan pasar smartphone sudah sangat dinamis. Vendor lain harus bersiap dengan fenomena tersebut sebagai konsekwensi dari persaingan.

“Apabila Xiaomi Redmi 5A memang bisa mencapai daya saing hingga tingkat harga di bawah Rp 1 juta secara legal, maka yang akan menerima pukulan terberat adalah ponsel merek lokal kita”, kata Ali.

Vendor lokal memang paling terdampak terhadap pemberlakuan harga Xiaomi Redmi 5A. Pasalnya, kue terbesar vendor lokal berasal dari kelas di bawah Rp1 juta. Ambil contoh Advan. Penguasa ponsel lokal melepas sekitar 15 varian ke pasar sepanjang tiga kuartal 2017.

Tercatat, varian entry level seharga Rp1 jutaan menjadi primadona. Seperti i5c Plus di Rp 1,2 juta. Begitu pun dengan tablet di kisaran Rp 1 jutaan yang menjadi incaran konsumen.

Bila dihitung kontribusi secara detail, ponsel Rp1 jutaan Advan memiliki persentase 60%. Sisanya adalah smartphone dan tablet di rentang harga Rp2 jutaan, serta perangkat dengan harga di bawah Rp 1 juta.

Sebagai informasi tambahan, demi memenuhi aturan TKDN 30%, Xiaomi sejak awal 2017 sudah menggandeng Satnusa Persada, sebagai mitra EMS (Electronic Manufacturer Services). Informasi yang dihimpun Selular, menyebutkan Satnusa cukup kewalahan memproduksi Xiaomi yang terbilang tinggi demi memenuhi pasar domestik.

Selain itu, Satnusa yang berbasis di Batam juga bukan merupakan anggota AIPTI.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU