Jakarta, Selular.ID – Tak dapat dipungkiri, artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan, menjadi salah satu big bang di sepanjang 2017. Dengan berbagai aplikasinya dalam kehidupan nyata, para tokoh ICT meyakini bahwa dunia sudah memasuki era AI. Dengan segenap kekurangan dan kelebihannya, AI akan menjadi visi jangka panjang dari masa depan internet yang terus bertransformasi.
Seperti diketahui, Istilah AI digunakan untuk menggambarkan mesin dengan kode komputer yang bisa belajar dengan sendirinya. Dengan pengembangan yang massif dan ekosistem yang mendukung, teknologi ini menjadi luas digunakan pada berbagai sektor semacam pelayanan kesehatan, telekomunikasi, hiburan, dan bank.
CEO Apple Tim Cook, menyebutkan bahwa teknologi AI yang digembar-gemborkan seperti pembelajaran mesin, memiliki potensi untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa manfaatnya harus dibagikan secara luas agar janji itu dapat direalisasikan.
“Tidak pernah dikatakan bahwa dunia memiliki masa depan yang jauh lebih memungkinkan dengan AI. Teknologi ini dapat memperkuat kinerja manusia dan memberikan terobosan yang membentuk kembali kehidupan masyarakat,” kata Cook saat saat tampil sebagai keynote speech di Internet Conference, Wuzhen, China (6/12/2017).
Meski mengakui ada beberapa kelemahan potensial dari AI, namun suksesor Steve Jobs itu tidak khawatir tentang mesin yang berpikir seperti manusia.
Cook mengatakan bahwa Apple yakin bahwa teknologi dapat menjadi kekuatan terbesar yang pernah dikenal dunia untuk menciptakan peluang dan mengangkat orang keluar dari kemiskinan.
“Tetapi teknologi itu sendiri tidak ingin menjadi baik, tidak menginginkan apapun – terserah pada semua kita untuk memastikan teknologi diresapi dengan kemanusiaan”, ujarnya.
Cook menambahkan bahwa teknologi masa depan, termasuk AI, harus memiliki keterbukaan, kreativitas dan perlindungan untuk melindungi pengguna sambil memberikan privasi dan kesopanan.
Seperti halnya Cook, CEO Microsoft Satya Nadella meyakini bahwa kecerdasan buatan (AI), mixed reality dan quantum computing adalah teknologi yang akan mendorong kita ke masa depan.
Berbicara saat peluncuran bukunya, “Refresh: The Quest to Rediscover Microsoft’s Soul and Imagine a Better Future for Everyone, di Lord’s Cricket Ground, London, Inggris (3/10/2017), Nadella mengatakan bahwa realitas campuran adalah “pengalaman komputasi utama” karena ini menyatukan anolog dan digital dan berarti pengguna tidak lagi membutuhkan perangkat dengan layar untuk berinteraksi dengannya. Sebaliknya layar akan ada di sekeliling mereka.
“Itulah dunia yang kita jalani”, ujar pria berkepala plontos ini.
Nadella mengatakan AI adalah teknologi kunci lain yang akan memungkinkan layanan baru. Pengganti Steve Jobs itu mengutip aplikasi Microsoft Seeing AI sebagai contoh. Perangkat ini dirancang untuk penyandang tuna netra. Sistem ini menggambarkan orang, teks dan benda di sekitar mereka dengan tujuan menyederhanakan tugas sehari-hari.
Nadella juga mengatakan bahwa masalah komputasi yang mengganggu dunia saat ini tidak dapat dipecahkan dengan komputer konvensional, dan inilah saat komputasi kuantum masuk.
“Microsoft ingin menerapkan teknologi ini dan menerapkannya untuk memberdayakan orang untuk mengatasi masalah yang paling mendesak,” katanya.
Mengomentari konsekuensi yang tidak diinginkan dari AI, dia mengatakan ada AI yang baik dan ada yang buruk. Meski demikian, penelitian tidak dapat ditinggalkan karena takut terhadap sisi buruk.
“Sebaliknya, perlu didekati dengan seperangkat prinsip desain yang akan mencegahnya melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan”, tegasnya.
Sebuah serangan terhadap chatbot Tay milik Microsoft pada 2016 menghasilkan komentar rasis di Twitter. Nadella mengatakan bahwa perusahaan tersebut belajar dari episode tersebut dan saat ini jauh lebih disengaja dalam proses pengujian. Kejadian itu juga mendorong Microsoft untuk membentuk komite etika.
Pedang Bermata Dua
Bukan tanpa sebab jika Nadella menegaskan pentingnya masalah etika. Sejak awal pengembangan teknologi AI, masalah ini memang menjadi salah satu isu yang mengemuka. Bagaimana pun teknologi seperti AI yang penuh dengan lompatan, seperti pedang bermata dua.
Kekhawatiran bahwa mesin akan menjadi cerdas sekali sehingga bisa berbalik memberontak terhadap manusia sudah menjadi tema umum dalam fiksi ilmiah.
Hal itu bahkan menyulut perdebatan panjang sekaligus pedas, seperti yang dilakukan Mark Zukerberg dan Elon Musk. Keduanya terlibat dalam perang kata-kata menyangkut bahaya kecerdasan buatan.
Seperti diketahui, Musk yang merupakan pendiri perusahaan pembuat mobil Tesla Inc dan perusahaan roket SpaceX, menghujat miliarder Mark Zuckerberg ketika keduanya melanjutkan perdebatan mengenai apakah robot bisa menjadi cukup cerdas untuk membunuh penciptanya sendiri, manusia.
“Pemahaman dia tentang subjek, terbatas,” serang Musk lewat Twitter (25/7/2017), menyangkut si pendiri Facebook Inc yang algoritma dan teknologi temuan dia lainnya telah merevolusi media sosial dan mendapatkan dua miliar pengguna aktif setiap bulan.
Sebelumnya, Zuckerberg ditanya soal pandangan Musk mengenai bahaya robot. Alih-alih menjelaskan dengan gamblang, Zuckerberg malah mencaci para pengecam yang memiliki skenario akhir segalanya atau kiamat seperti Musk sebagai orang yang tak bertanggung jawab.
Perdebatan keduanya berujung pada perlu atau tidaknya regulasi pemerintah yang lebih ketat menyangkut teknologi. Musk berkata kepada sekumpulan pejabat AS bulan ini bahwa potensi bahaya seperti itu bukan khayalan sehingga pemerintah harus bergerak meregulasi AI.
“Saya akan terus memperingatkan bahwa sampai orang melihat robot turun ke jalan untuk membunuh mansuai, mereka tak akan tahu bagaimana bereaksi, karena hal itu tampaknya berjalan lembut. AI adalah risiko fundamental untuk eksistensi peradaban manusia,” kata Musk.
Dua hari sebelumnya Zuckerberg men-stream video live di Facebook saat menjawab pertanyaan-pertanyaan diajukan seseorang menyangkut pernyataan Musk.
“Saya optimistis sekali. Saya tak bisa memahami orang-orang bersuara negatif yang berusaha mengangkat skenario kiamat. Sungguh negatif dan dalam beberapa hal saya benar-benar menganggapnya sangat tidak bertanggung jawab,” kata Zuckerberg.
Zuckerberg menyatakan AI bisa menghasilkan diagnosis penyakit dan peniadaan kecelakaan mobil yang lebih baik. Dia juga tidak melihat alasan ada orang yang ingin memperlambat perkembangan AI melalui regulasi.