Jakarta, Selular. ID – Kuartal keempat 2017 menjadi periode yang cukup sibuk bagi para punggawa Smartfren Telecom. Pasalnya, operator yang bermarkas di Jalan Sabang, Jakarta itu, berupaya untuk kembali menggenjot penjualan smartphone andalannya, Andromax. Dalam dua bulan terakhir, Smarfren memperkenalkan dua varian Andromax terbaru.
Di mulai pada 27 September 2017, mereka merilis seri Andromax A2. Dengan harga terjangkau, yakni Rp 849.000. Andromax A2 jadi satu-satunya smartphone di kelasnya yang menawarkan batere berkapasitas besar, 4.000 mAh.
“Dengan kapasitas baterai yang lebih besar, pengguna dapat terus menikmati konektivitas prima 4G LTE Advanced Smartfren tanpa terputus,” kata Hartadi Novianto, Division Head Sourcing and Management Smartfren Telecom.
Selain batere dengan kapasitas jumbo, Andromax A2 sudah dilengkapi dengan layar 4,5 inchi serta sistem operasi android Nougat yang diperkuat dengan CPU Quad Core 1.3Ghz.
Smartphone ini juga menawarkan fitur yang umumnya hanya ada di smartphone lebih dari Rp1 juta, khususnya bagi para penyuka swa foto, yakni fitur smile shutter, V-Gesture dan beautify dengan kapasitas kamera depan dan belakang beresolusi 5MP.
Selang dua minggu setelah A2, Smartfren kembali memperkenalkan varian teranyar, yakni Andromax Prime. Berbeda dengan seri-seri sebelumnya, Andromax Prime jauh meninggalkan atribut yang sebelumnya telah melekat kuat selama bertahun-tahun. Bagaimana tidak, tampilan ponsel ini lebih menyerupai feature phone, bukan smartphone.
Perubahan tampilan ini, tentu saja mengundang banyak pertanyaan. Apa yang mendasari perubahan yang cukup drastis ini? Segmen mana yang dibidik Andromax Prime? Apakah perubahan tampilan tidak membuat konsumen bingung? Dan seterusnya, dan seterusnya.
Untuk mencari jawabnya, saya menyempatkan diri berbincang dengan Derrick Surya, Head of Brand and Marketing Communication Smartfren, beberapa saat sebelum waktu peluncuran yang digelar di Gedung Arsip Nasional, Jakarta (5/10/2017).
Menurut pria ramah ini, kehadiran dua varian Andromax, yakni A2 dan Prime memang mempertegas positioning baru Andromax. Yakni, smartphone untuk segmen bawah alias low end. Sebelumnya, dengan line up yang terbilang lengkap dan rentang harga Rp 1,3 – Rp 3 juta, positioning Andromax berada di kelas menengah.
“Kini dengan penetapan harga dibawah Rp 1 juta, diharapkan dapat memperluas basis penjualan, sekaligus meningkatkan kembali market share Andromax yang sempat berjaya pada 2014”, ujar Derrick.
Saat itu deretan smartphone Andromax mampu menjadi bintang penjualan, mengungguli brand-brand global dari China dan Taiwan. Menurut catatan IDC, pencapaian sepanjang 2014, mampu mendongkrak Andromax di posisi kedua di bawah Samsung yang menjadi penguasa pasar.
Rasa Smartphone
Selain menandai reposisi brand, kehadiran Andromax Prime, sejatinya merupakan upaya untuk mempercepat penetrasi 4G di Indonesia. Seperti diketahui, sejak akhir 2014. teknologi 4G sudah diadopsi di Indonesia, namun faktanya masih banyak pengguna ponsel yang masih menggunakan jaringan 2G.
Padahal hadirnya 4G LTE tentu bukan menjadi sekedar peningkatan teknologi, melainkan sebuah peningkatan dari cara komunikasi, karena dengan kecepataan koneksi khususnya data yang lebih tinggi serta stabilnya jaringan 4G LTE dapat memberikan cara baru berkomunikasi misalnya melalui data call.
Hingga pertengahan tahun ini, pengguna ponsel di Indonesia sudah mencapai 360 juta. Namun pengguna smartphone baru sekitar 68 juta. Sisanya masih mengandalkan jaringan 2G.
Karena itu menurut Derrick, sebagai bentuk dukungan untuk mempercepat penetrasi serta pemanfaatan teknologi 4G LTE, Smartfren menghadirkan Andromax Prime, ponsel yang sudah mengadopsi 4G namun tetap dengan keypad Qwerty. Dengan kehadiran feature phone ini, diharapkan masyarakat yang masih menggunakan perangkat dan jaringan 2G dapat beralih ke jaringan 4G.
“Meskipun feature phone pengguna bisa memanfaatkan layanan media sosial popular, seperti WhatsApp dan menghemat pulsa menelepon dengan menggunakan data call,” tutur Derrick.
Andromax Prime dilengkapi kamera belakang beresolusi 2 megapixel dan kamera depan beresolusi VGA RAM sebesar 512MB, RAM 4GB dengan Operating Sistem Android Lite serta processor dual core, ponsel ini sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia dengan harga yang sangat terjangkau, Rp349 ribu.
Gencarkan Bundling
Dengan beralihnya fokus pasar Andromax dari kelas menengah ke segmen bawah, pertanyaannya selanjutnya, bagaimana Smartfren mengisi ceruk pasar dari Andromax sebelumnya?
Derrick menjelaskan, program bundling dengan berbagai vendor papan atas menjadi kuncinya. Menurut pria yang pernah berkarir di produsen oli Top One, program bundling mejadi momentum bagi Smartfren untuk terus bekerjasama dengan brand global.
Bundling juga menegaskan Smartfren tak lagi identik dengan operator CDMA yang selama ini melekat, karena era LTE memberi kesempatan untuk membuka pasar seluas-luasnya karena ketersediaan handset yang mencukupi.
“Coverage yang luas hingga ke banyak kota di Indonesia, memungkinkan pelanggan mengakses internet cepat dengan nyaman dan stabil. Untuk mempercepat penetrasi 4G di jaringan yang sudah luas itu, bundling adalah solusi paling efektif”, ujar Derrick.
Ia mengungkapkan, pasca komersialisasi layanan 4G pada Agustus 2015, Smartfren telah menjaring sekitar 7 juta pelanggan 4G. Saat ini total pelanggan Smartfren mencapai 12 juta.
Dengan peluang yang sangat besar dan penetrasi pelanggan data yang masih rendah, Smartfren akan mencoba beragam cara agar pelanggan existing mulai beralih memanfaatkan layanan 4G.
Derrick pun optimis, strategi menggempur pasar dengan varian Andromax yang terjangkau, serta ketersediaan handset bundling dengan brand-brand terlaris, seperti Samsung dan Xiaomi, membuat pertumbuhan pelanggan 4G akan terus meningkat.