Jakarta, Selular.ID – Dengan pertumbuhan sekitar 10 juta unit smartphone baru setiap tahun, Indonesia merupakan surga bagi vendor ponsel. Tak heran, meski sudah penuh sesak, brand-brand yang beroperasi, tetap yakin produknya bisa diterima oleh konsumen di Tanah Air. Mereka berharap dapat memperoleh market share signifikan, walau pun harus mengeluarkan dana investasi tak sedikit guna mengembangkan produk, channel distribusi , layanan purna jual dan aktifitas pemasaran.
Menurut IDC, Top 5 merk smartphone di kuartal kedua 2017 di Tanah Air adalah : Samsung (32%), Oppo (24%), Advan (9%), Asus (7%), dan Xiaomi (3%). Pada kuartal sebelumnya (Q1-2017), Top 5 merk ponsel di Indonesia adalah Samsung, Oppo, Asus, Advan, dan Lenovo.
Dengan keyakinan bahwa strategi yang diusung telah memenuhi harapan masyarakat, sejumlah vendor optimis mampu menggusur pemain yang sebelumnya sudah bercokol di posisi atas. Sayangnya, target yang diusung kerap tak sesuai dengan pencapaian. Siapa saja brand yang market share-nya tetap melempem bahkan harus turun kasta? Inilah beberapa diantaranya.
Huawei
Dalam peluncuran Huawei P9 Lite (23/9/2016), Johnson Ma, Country Director Huawei Devices, mengatakan bahwa pihaknya memasang target untuk bisa menguasai setidaknya 10%, market share smartphone di Indonesia. Target tersebut diharapkan bisa tercapai di tahun 2017.
Sayangnya, meski telah banyak meluncurkan sejumlah varian, termasuk seri P9 yang merupakan flagship produk, posisi Huawei tak banyak beranjak. Hingga pertengahan 2017, pangsa pasar Huawei diperkirakan masih sekitar 2%.
Dalam media gathering terbatas mengenai prosesor Kirin 970 di kantor pusat Huawei di Gedung BRI II, Jakarta (17/10/2017), saya menanyakan langsung kepada Johnson tentang hal ini. Ia mengakui bahwa ternyata tak mudah untuk bisa menguasai market share sebanyak itu hanya dalam tempo tiga tahun.
Walau upaya Huawei masih menemui jalan terjal, Johnson tetap optimis Huawei akan bisa menjadi pemain kunci di pasar Tanah Air. Mengingat kualitas produk Huawei diklaim berada di atas competitor. Meski tak menyebut target spesifik dari market share, ia dan timnya kini ia fokus pada upaya pencapaian pada 2018.
Lenovo
Dari sekian banyak vendor asal Tiongkok yang meramaikan pasar smartphone di Tanah Air, Lenovo merupakan salah satu perusahaan yang getol melempar produknya. Akuisisi Lenovo terhadap Motorola, membuat line up produk mereka semakin luas, memberikan pilihan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan budget.
Tentu, di balik gencarnya Lenovo merilis produk baru, ada target yang ingin dicapai perusahaan yang juga dikenal sebagai pembesut laptop dan PC itu. Tak lain dan tak bukan, yakni keinginan untuk meraih posisi tiga besar.
“Target kita sih, kita mau masuk tiga besar akhir 2016,” kata Adrie R. Suhadi, Country Lead, Mobile Business Group Lenovo Indonesia, kepada Selular.ID, dalam sebuah pernyataan di Jakarta (25/6/ 2016).
Sayangnya, hingga memasuki akhir 2017, target yang diusung oleh Lenovo belum kesampaian. Alih-alih berada di posisi kelima yang sudah diraih selama dua tahun terakhir, saat ini posisi Lenovo malah tergeser oleh Xiaomi.
Evercoss
Ditengah kepungan para vendor global, brand lokal masih mampu bertaji. Salah satunya adalah Evercoss. Brand yang dulu mengusung nama Cross ini bahkan sempat mematok target pangsa pasar sangat tinggi pada 2016, yakni 20 persen pangsa pasar di Indonesia.
“Target pangsa pasar kami adalah 20% dari total pasar nasional, kami estimasi tahun ini total smartphone sedikit berkurang dari jumlah tahun lalu, jadi kira-kira total tahun ini 40 juta-an smartphone,” ungkap Ricky Tanudibrata, Direktur Marketing Evercoss (saat itu).
Target yang dicanangkan Evercoss, sejatinya merupakan hal biasa bagi perusahaan. Apalagi di era peralihan dari 2G ke 3G, Evercoss pernah berjaya. Pun demikian, untuk mencapai target yang tergolong ambisius itu tentu dibutuhkan strategi jitu. Faktanya, dalam dua tahun terakhir, nama Evercoss bahkan tak terlihat bertengger di posisi lima besar.
Asus
Sebagai brand global asal Taiwan, Asus terbilang cukup popular di Indonesia. Lewat seri ZenFone vendor ini dengan cepat merangsek ke deretan elit vendor smartphone Tanah Air.
Sayangnya, mulai 2016 Asus kehilangan pangsa pasar yang cukup besar. Catatan IDC, posisi Asus anjlok pada kuartal ketiga 2016. Laporan itu menyebutkan, Samsung menguasai sekitar 32,2%, disusul OPPO (16,7%), Asus (8,2%), Advan (6%), Andromax Smartfren dan Lenovo (5,7%), serta merek lainnya.
Padahal, dalam catatan IDC market share Asus sepanjang 2015 mencapai 15% berkat keberhasilan menjual sekitar lima juta unit smartphone.
Bahkan pada kuartal keempat 2015, vendor asal Taiwan ini sempat menduduki posisi puncak. Lewat seri Zenfone 2 yang laris manis, Asus sukses meraup pangsa pasar 21,9%. Mengungguli Samsung di tempat kedua dengan peroleh pangsa pasar 19,7 persen.
Sayangnya, pada 2016 momentum Asus tak berlanjut. Padahal perusahaan sebelumnya telah bertekad untuk mempertahankan posisi sebagai vendor smartphone nomor dua di Indonesia. Alih-alih mengejar Samsung dan Oppo, pada kuartal kedua 2017, Asus malah melorot ke posisi empat, digeser Advan.
Kegagalan Asus mempertahankan posisi dalam dua tahun terakhir, tak pelak menjadi tantangan bagi brand yang juga produsen notebook terkemuka ini. Mampukah Asus mengembalikan performa seperti dulu?
Vivo
Sejak hadir pertama kali di Indonesia pada 2014, Vivo langsung mengusung target tinggi. Tak tanggung-tanggung, brand smartphone asal China ini mematok posisi tiga besar pada 2017.
Keyakinan Vivo untuk menguasai pasar Indonesia salah satunya didasari penguasaan market share yang signifikan di negeri asalnya sendiri. IDC mengungkapkan, sepanjang tiga tahun terakhir, yakni 2014, 2015, dan 2016, Vivo menjadi produsen smartphone terbesar ketiga di China, setelah Huawei dan Oppo.
Sukes Oppo yang mampu menyodok ke posisi dua di belakang Samsung, hanya dalam tempo kurang dari empat tahun di Indonesia, membuat Vivo semakin bersemangat mengejar saudara tuanya itu. Seperti kita ketahui, baik Oppo maupun Vivo berasal dari induk usaha yang sama, yakni BBK.
Namun pasar Indonesia tentu berbeda dengan China. Faktanya, meski telah menggelontorkan banyak produk, yang diklaim terbaik dikelasnya, terutama penyuka selfie, market share Vivo tak banyak beranjak.
Pada awal 2017, pangsa pasar Vivo masih berkisar 4% dan di berada di posisi ke 10. Hal itu diungkapkan langsung oleh Edi Kesuma, Brand Manager Vivo Indonesia , kepada Selular (baca : Ini Upaya Vivo Untuk Menjadi Nomor Tiga di Indonesia).
Meski belum mencapai target, Vivo tetap berambisi untuk bisa menjadi posisi ke tiga di Indonesia. Namun bukan untuk tahun ini, melainkan tiga tahun ke depan yakni di 2020.
“Untuk menjadi tiga besar di Indonesia kami terus melihat pasar smartphone, ponsel apa yang banyak dicari, dan kami akan coba bermain disegmen itu,” pungkas Edi.