Jakarta, Selular.ID – Tender frekuensi 2,1Ghz akhirnya dimenangkan oleh Hutchinson Tri Indonesia dan Indosat dengan penawaran harga tertinggi Rp423 Miliar. Namun demikian menurut sebagian pihak angka tersebut terbilang rendah jika dibandingkan dengan harga lelang di frekuensi 2,3Ghz pekan lalu.
Menanggapi hal tersebut, Danny Buldansyah, Wakil Dirut H3I berpendapat bahwa harga yang diajukannya untuk mendapatkan kanal yang tersisa di spektrum 2,1Ghz masih terbilang wajar.
“Harga/biaya untuk tender ini Rp 423 milliar, angka ini masih wajar bagi kami. 1 blok (5 MHz) di spektrum 2100 khan FDD jadi spektrum yg didapat adalah 10 MHz. Artinya sepertiga dari 30 MHz spektrum 2300. Kalau 423 M dikali 3 artinya 1,27 T yang artinya lebih mahal dibanding 2300. Kami masih menganggap harga ini adalah wajar,” jelas Danny saat dihubungi melalui pesan singkat.
Lebih lanjut Danny juga menyampaikan pihaknya menyambut baik atas hasil tender spectrum 2100 Mhz yang sangat menjawab kebutuhan akan kapasitas jaringan yang sudah sangat mendesak oleh H3I.
“Spektrum ini akan kami pergunakan untuk memaksimalkan layanan mobile broadband kami sejalan dengan rencana pemerintah untuk mewujudkan percepatan jaringan pita lebar di Indonesia. Kami harapkan ke depannya pemerintah dapat membuka kesempatan akan adanya teknologi maju lainnya yang dapat mendukung pertumbukan kebutuhan digital yang sangat pesat. Kedepannya kebutuhan akan peningkatan kapasitas akan terus ada, mungkin spektrum lain yang bisa menunjang efesiensi industri dapat dipertimbangkan untuk dapat dibuka bagi industri telekomunikasi,” katanya.
Seperti diketahui, Tri sendiri saat ini hanya menguasai lebar spektrum 20 MHz, dimana 10 MHz di frekuensi 1.800 MHz dan 10 MHz lagi di 2,1 GHz.