Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Utilisasi 4G Rendah, Apa yang Harus Dilakukan Pelaku Usaha?

BACA JUGA

Photo 1(1)Jakarta, Selular.ID – Akhir tahun 2014 lalu operator selular Indonesia mulai menggelar layanan internet cepat 4G LTE. Namun hingga kini utilisasi layanan tersebut masih terbilang rendah.

Rendahnya utilisasi ini tercermin dari masih banyaknya perangkat 2G yang beredar dan diminati oleh masyarakat Indonesia. Setiap bulannya ada sekitar 250 ribu ponsel 2G yang terjual di Indonesia.

Diperkirakan, pasar layanan 2G akan migrasi ke 3G atau 4G membutuhkan waktu hingga lima tahun. Untuk memuluskan proses migrasi pengguna 2G menuju 4G, maka perlu diperhatikan ketersediaan handset 4G yang murah.

Hartadi Novianto, Head of Device Sourcing & Management PT. Smartfren Telecom dalam diskusi yang digelar oleh Forum Obrolan Telko (14/9/2017) menyampaikan, ada dua alasan utama masyarakat enggan beralih ke 4G.

“Untuk beralih ke 4G itu pelanggan harus mengganti smartphone-nya dan juga mengganti SIM Card yang sudah support 4G. Dua hal ini jadi alasan utama masyarakat malas untuk beralih ke 4G,” ungkap Hartadi.

Oleh karena itu Smartfren lewat brand Andromax selalu berusaha menghadirkan smartphone 4G dengan harga yang sangat terjangkau. Bahkan dalam waktu dekat disampaikan hartadi, pihaknya akan menghadirkan featured ponsel namun berkecepatan 4G.

Sementara itu Nonot Harsono, Pengamat Telekomunikasi an juga Chairman Mastel Institute, apakah masyarakat memang harus didorong agar menggunakan teknologi terbaru 4G? Jika memang perlu, maka pemerintah dan pelaku usaha harus berupaya menciptakan kebutuhan sehingga masyarakat perlu menggunakan 4G.

Nonot menambahkan, bila angka 60% hingga 70% pengguna ternyata belum beralih ke 4G itu benar adanya, maka itupun masih mungkin karena ada dua penyebab. Pertama, karena supply layanan 4G penetrasinya masih kecil, baik coverage maupun kepemilikan handset 4G pada pengguna yang mungkin karena willingness to buy atau daya beli dari mayoritas lapisan masyarakat masih kurang. Kedua, kebutuhan masyarakat akan layanan 4G memang belum tumbuh.

Menurutnya, penyebab yang kedua masih lebih besar dari yang pertama, yakni kebutuhan masyarakat akan layanan 4G memang belum tumbuh. Kalau disimak lebih cermat, sebenarnya bagi pengguna, nilai tambah yang didapat dari 4G dibanding 3G adalah peningkatan kenyamanan dan kepuasan dari user experience (UX), atau biasa diistilahkan dengan “convenience and satisfaction”.

“Jangan-jangan orang Indonesia sebagian besar belum butuh itu (4G), yang penting bisa komunikasi verbal. Belum lagi ada yg merasa gaptek dan enggan untuk mencoba hal yang baru,“ ujar pria yang pernah menjabat sebagai komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia selama dua periode itu.

Perangkat 4G dengan harga terjangkau memang sangat dibutuhkan untuk memuluskan rencana migrasi pengguna 2G ke 4G. Idealnya, range harga ponsel 4G agar bisa diterima pasar menengah bawah berkisar USD250. Karena daya beli rata-rata pengguna 2G yang kebanyakan dari kelas menengah bawah hanya maksimal mampu membeli handset seharga USD 125.

Ponsel 4G murah di Indonesia bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Karena saat ini, beberapa vendor dan pabrikan ponsel telah mulai memproduksi ponsel 4G murah dengan kisaran harga Rp500 ribu. Saat ponsel 4G sudah menjadi sangat terjangkau, maka akan bisa mengatasi keengganan pengguna 2G bermigrasi ke 4G karena alasan handset yang mahal.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU