Jakarta, Selular.ID – Implementasi jaringan 5G di Indonesia diprediksi bisa terjadi dalam kurun tiga tahun mendatang. Menuju evolusi teknologi jaringan itu, pemerintah akan menyiapkan alokasi frekuensi bagi pelaku industri telekomunikasi. Saat ini, regulator menggunakan frekuensi di 15GHz untuk uji coba. Namun nanti ke depannya, bakal disediakan frekuensi tinggi 28GHz selebar 2GHz atau 2.000 MHz untuk masing-masing operator.
Saat ditanyakan kapan jaringan 5G bisa tersedia di Indonesia, Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika, menjawab itu semua tergantung pada kesiapan operator. Regulator hanya tingga menyiapkan alokasi. Menurutnya, ada operator yang perlu meningkatkan bargaining power karena tergantung pada pemegang saham, seperti XL dengan Axiata dan Indosat dengan Ooredoo.
“Tahun depan juga bisa, tidak ada masalah karena 28GHz kosong, tidak ada yang pakai. Kalaupun ada yang pakai, tinggal bersih-bersih saja. Jadi paling lama dua tahun kita bisa sertakan alokasinya,” jelas Rudiantara. Lebih lanjut, ia lagi-lagi menekankan supaya pihak operator bisa konsolidasi sehingga menyisakan tiga sampai empat operator di Indonesia. Saat ini, by license tercatat ada 11 operator telco yang beroperasi di Tanah Air.
Karena yang dipakai frekuensi tinggi 28GHz, maka penggunaan jaringan generasi kelima ini hanya akan bisa diakses di daerah kota, sedangkan untuk kawasan rural akan mengadopsi spektrum rendah 700MHz yang dipakai karena coverage band lebih luas. Layanan 5G tidak bisa tersedia di pedesaan karena terbentur masalah biaya.
Sebagai tahap awal, penggunaan jaringan 5G ini menyasar target industri. 5G ini cocok untuk industri seperti digunakan di pabrik atau manufaktur, misalnya penggunaan robot karena kecepatan rata-rata 5Gbps.
“Posisi lokasi BTS di rural lebih rapat sehingga lebih mahal. Kalau di kota, memang ditujukan untuk pabrik manufaktur di negara-negara maju sudah pakai robot. Kalau di desa, nanti bisa kehilangan job oppurtunity,” tuturnya.