Jakarta, Selular.ID – Teknologi konektivitas 5G saat ini tengah ramai diperbincangkan di Indonesia. Pasalnya, pemerintah dan pemain industri sedang disibukkan dengan proses ujicoba konektivitas yang diklaim sebagai yang tercepat di dunia tersebut.
Sebelum keunggulan 5G benar-benar bisa dinikmati, tentu saat ini kita tengah dibuai oleh teknologi 4G yang merupakan pengembangan dari 3G, yang diklaim lebih cepat dalam mengakses data data dalam format video.
Dian Siswarini, CEO XL Axiata, membandingkan perkembangan teknologi 4G telah menghasilkan penetrasi yang jauh lebih cepat daripada 3G. Penetrasi 3G memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Sejak pertama kali hadir pada tahun 2005 silam, 3G hanya mampu menggaet sebesar 30 persen dari total seluruh pengguna layanan seluler di Indonesia. Hal ini karena peralihan dari 2G dinilai tak mudah.
Meski Indonesia telat mengadopsi 4G, Dian melihat adopsi 4G begitu cepat di Indonesia. Padahal 4G baru diimplementasi kurang lebih dalam waktu dua sampai tiga tahun belakangan. Belajar dari 4G, teknologi 5G diduga bisa dicapai dalam tiga sampai empat tahun lagi, bahkan sama seperti global.
“Saat kami implementasi 3G di 2005, kami pikir adopsinya cepat. Ternyata perlu waktu 10 tahun untuk bisa capai penetrasi 30 persen. Karena adopsi 4G agresif, maka kami mulai siapkan teknologi 5G dari sekarang,” tuturnya.
Seperti halnya 4G, adopsi 5G juga akan sangat bergantung pada kesiapan ekosistem seperti device dan kesiapan industri. Menurut penuturan Yessie D. Yosetya, Direktur/Chief Service Management XL Axiata, perusahaan kini terus memperluas dan meningkatkan pembangunan infrastuktur jaringan 5G.
“Sebelum sampai ke sana (5G) kita sudah siapkan beberapa hal. Kesiapan teknologi kita lebih siap dibandingkan yang lain. Kalau bicara produk, tentu akan berbeda, tetapi kita belum ke arah sana,” ungkap Yessie.
