Jakarta, Selular.ID – Keamanan dan privasi bukan hanya sekadar masalah TI. Banyaknya pelanggaran keamanan terkenal yang terjadi mengajarkan kepada kita bahwa dampak insiden keamanan dapat menyebabkan kerugian yang jauh lebih besar daripada biaya untuk mengatasi pelanggaran tersebut. Dalam banyak kasus, solusi keamanan terdahulu tidak memiliki kemampuan untuk menangani tantangan-tantangan baru ini.
Setiap industri punya infrastruktur sendiri untuk mengamankan sumber daya informasi mereka. Para pembuat keputusan perusahaan teknologi menghadapi berbagai tantangan saat mereka beralih menjadi perusahaan digital. Di antara perusahaan telekomunikasi (telco) dan perbankan, mana yang mengadopsi sistem keamanan ketat?
“Industri yang memerlukan security, adalah area yang menjadi vital bagi company tersebut. Bahasa simple saya, area mana yang butuh proteksi atau keamanan tentu saja yang ada uangnya. Orang (peretas) pasti tertarik,” kata Fetra Syahbana, Country Manager F5 Networks Indonesia, saat media briefing di Jakarta, Kamis (9/2/2017).
Fetra menceritakan bahwa salah satu perbankan di Indonesia mengalami serangan sehari sebelum perayaan Natal di Desember 2015. Pola serangan biasanya saat masyarakat lengah seperti saat liburan atau perayaan hari besar. Lagi-lagi kembali karena kebiasaan mengeluarkan uang lebih banyak dibandingkan hari-hari biasanya.
Berbeda dengan perbankan, definisi ‘uang’ untuk industri telco bukan dalam arti uang fisik sebenarnya. Pria yang sudah bergabung selama empat tahun di F5 Networks, menjelaskan bahwa uang yang dimaksud di telco diartikan sebagai pulsa. “Kalau di telco yang namanya pulsa adalah uang, itu fraud-nya juga banyak. Kita kan tidak tahu kapan dan siapa yang potong pulsanya,” katanya. “Di telco juga punya banyak uang, tapi dalam bentuk pulsa.”
Tidak melulu soal uang, namun informasi mengenai data customer juga critical untuk dijaga ketat. Baik vendor telco maupun perbankan juga menghadapi tantangan utama dalam memastikan keselamatan data pelanggan mereka. Bila perusahaan mengalami pelanggaran data, maka nilai perusahaan yang diraih dari upaya transformasi digital dapat hilang begitu saja. Akibatnya, reputasi perusahaan dapat terancam dan menyebabkan hilangnya kepercayaan dan loyalitas pelanggan.
“Reputation is everything, perusahaan akan do anything possible untuk protect informasi itu,” kata pria yang pernah bekerja di IBM tersebut.