Jakarta, Selular.ID – Memasuki era internet cepat, peta persaingan produk-produk ponsel kini semakin kompetitif. Sistem open market, membuat pemain tak bisa surut langkah demi memperebutkan market share. Di sisi lain, peralihan dari feature phone ke smartphone dengan sendirinya mengubah peta pasar. Pemain yang sebelumnya mendominasi pasar terjungkal, seperti terjadi pada Nokia. Begitu juga Blackberry yang tak lama mencicipi manisnya pasar smartphone di Tanah Air.
Lembaga riset terkemuka, IDC melaporkan untuk Q2-2016, Samsung berhasil meraih pangsa pasar 26% dan bercokol di posisi teratas. Kejutan ditujukan oleh Oppo yang berhasil mendepak Asus di posisi kedua, dengan selisih pangsa pasar tergolong cukup besar. Oppo berhasil meraih 19%, sementara Asus berada di posisi ketiga (9%), disusul Advan (8%) dan Lenovo (6%).
Meski Samsung masih menjadi penguasa pasar Indonesia, IDC mengungkapkan, pangsa pasar smartphone asal China semakin meluas, mencapai 23% pada Q1-2016. Angka ini meningkat 2% dibandingkan kuartal sebelumnya dan 12% pada tahun lalu.
Untuk pertama kali pada Q1-2016, produk asal China dan Taiwan lebih besar dibandingkan smartphone buatan lokal. Tiga pemain yakni Asus, Oppo dan Lenovo, sudah menjadi top of mind. Dua brand China belakangan juga semakin agresif, yakni Vivo dan Huawei, Semua mengincar posisi yang lebih baik pada 2017.
Setelah sempat berjaya di era 2006 – 2010, satu persatu brand lokal tumbang. Saat ini brand lokal yang masih bertahan adalah Evercoss, Polytron, Axioo, HiMax, dan Advan. Kecuali Advan yang masih bertahan di posisi lima besar, brand lokal lain sudah terlempar jauh.
Padahal, dua tahun lalu Evercoss masih bertengger di posisi kedua setelah Samsung. Khusus Andromax diprediksi akan semakin tergerus karena Smartfren pada 2017, memperluas program bundling dengan banyak vendor handset.
Melihat perubahan pasar yang sangat cepat terjadi, Marketing Director Advan Tjandra Lianto menegaskan bahwa industri ponsel memang sangat kompetitif. Dengan kondisi ini, ia mengaku tak mudah bertahan di tengah gempuran brand global yang membawa keunggulan produk dan dana berlimpah.
“Perolehan market share yang signfikan dari para pemain baru menunjukkan bahwa sebagai pebisnis kami tak boleh lengah sedikit pun. Meleng sedikit pesaing sudah lari duluan”, ujar Tjandra.
Untuk bisa bersaing, imbuh Tjandra tak ada pilihan bagi Advan untuk terus berinovasi dengan produk dengan fitur terbaik namun dengan harga terjangkau di kantung konsumen.
“Kalau kita melihat, produk yang murah belum tentu yang paling laku. Tapi produk yang paling sesuai dengan konsumen kita itulah yang akan long lasting. Jadi yang kita terapkan adalah bukan dengan price tinggi atau murah, tapi harga yang paling pas dengan fiturnya”, pungkasnya.