Jakarta, Selular.ID – Perkembangan internet dan teknologi komunikasi yang mengikutinya benar-benar telah membawa perubahan bagi berbagai sendi kehidupan termasuk pola konsumsi masyarakat.
Era internet cepat ini menimbulkan kebutuhan baru bagi rumah tangga Indonesia, yakni kebutuhan akan adanya kuota data.
Belakangan kebutuhan akan kuota data ini dikatakan Tulus Abadi, YLKI sudah mengalahkan kebutuhan pokok dan menjadi candu (addictive).
“Sekarang ini orang lebih rela mengurangi belanja kebutuhan pokok untuk membeli kuota data,” jelasnya dalam sebuah diskusi di Jakarta (21/12/2016).
Pengeluaran rutin untuk membeli akses internet ini bahkan seringkali lebih besar jumlahnya dibandingkan untuk pengeluaran rumah tangga lainnya seperti biaya listrik.
Untuk masyarakat dengan tingkat ekonomi di atas rata-rata tentunya hal tidak menjadi persoalan, lain halnya dengan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan.
Ironisnya menurut Tulus keluhan terhadap jasa telekomunikasi ini masih sangat tinggi. “Komoditas yang termasuk paling tinggi tingkat keluhannya adalah Jastel,” ungkapnya.
Keluhan yang banyak diadukan menurutnya adalah tarif yang tidak jelas, kualitas jaringan yang kurang baik serta iklan yang menyesatkan.
Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa indeks keberdayaan konsumen di Indonesia masih tinggi berada di angka 34,51. Sedangkan di negara Eropa sudah mencapai angka 51,64.
Ini artinya tingkat kesadaran konsumen baru sampai level mengerti belumbsampai pada level merebut haknya jika dilanggar oleh produsen.