Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Penjualan Tower Tidak Membuat Kinerja XL Kinclong

BACA JUGA

btsJakarta, Selular.ID – 28 Maret 2016 lalu XL Axiata menjual 2.500 menara telekomunikasinya kepada Protelindo dengan nilai pembelian sebesar Rp3.568.000.000.000 (tiga triliun lima ratus enam puluh delapan miliar Rupiah). Menara yang dibeli oleh Protelindo selanjutnya bisa disewakan lagi kepada XL sebanyak 2.433 menara untuk jangka waktu 10 tahun.

Penjualan menara kepada Protelindo ini dimaksudkan untuk memberikan XL tambahan fleksibilitas untuk memaksimalkan posisi kompetitif XL guna mendukung strategi perusahaan. XL mengaku akan menggunakan dana hasil penjualan untuk mengoptimalkan neraca keuangan sesuai dengan agenda transformasi yang dicanangkan oleh management.

Tetapi nampaknya hingga saat ini agenda transformasi tersebut belum menunjukkan hasil yang positif. Bahkan layanan 4G LTE yang digadang-gadang perseroan untuk meningkatkan pendapatan, nampaknya masih sebatas wacana saja. Pendapatan XL pada laporan keuangan quartal 3 tahun 2016 malah tergerus.

Emiten yang memiliki kode bursa EXCL ini di quartal 3 tahun 2016 hanya membukukan pendapatan Rp16 triliun. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya pendapatan operator telekomunikasi asal Malaysia ini bisa mencapai Rp 16,9 triliun.

Kinerja yang masih ‘terseok-seok’ ini juga dapat dilihat dari pertumbuhan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) perseroan yang hanya tumbuh 3% YoY menjadi Rp 6,2 triliun. Jumlah ini tentu kontras dengan EBITDA PT Telkom yang melesat 14% YoY. Tak hanya EBITDA saja yang ‘cekak’ pertumbuhannya. margin XL juga terbilang minim hanya  2,8% YoY menjadi 38,6%.

Penjualan menara telekomunikasi kepada Protelindo ini memang membuat XL mampu membayar pinjaman kepada pemegang sahamnya dan membuat beban bunga perseroan menjadi berkurang. Namun perjanjian leaseback 2.433 manara telekomunikasi XL dari Protelindo selama 10 tahun membuat beban jangka panjang perseroan melesat sangat signifikan. Dari Rp2 triliun di quartal ke 3 tahun 2015 menjadi Rp3,4 triliun di quartal ke 3 tahun 2016.

Dalam laporan keuangan Q3 yang dirilis, XL menyebutkan EBITDA sedikit menurun QoQ pada 3Q 16. Hal ini terjadi sebagai dampak dari penjualan menara, dan biaya sewa kembali yang lebih tinggi.

Tingginya beban sewa ini menimbulkan rumor bahwa XL kesulitan membayar sewa kembali menara yang telah mereka jual kepada Protelindo. Namun rumor yang berkembang di komunitas pasar modal tersebut ditampik oleh Tri Wahyuningsih, GM Corporate Communication XL Axiata.

“XL telah menyelesaikan pembayaran leased back ke Protelindo hingga periode Desember 2016 sejak beberapa bulan yang lalu dan tidak pernah ada keterlambatan yang terjadi terkait kerjasama ini,” tutur Ayu.

Selain karena tingginya sewa menara, penurunan EBITDA XL juga disebabkan karena pengaruh peningkatan upaya dari sisi Sales dan Marketing untuk membangun kesadaran pelanggan melalui program U900 dan peluncuran layanan 4G, terutama untuk visibilitas perdagangan yang lebih baik.

 

 

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU