Jakarta, Selular.ID – Di Indonesia, kebutuhan untuk berubah dari setiap perusahaan terus meningkat. Baik itu ke arah simplicity, otomatisasi, atau efisiensi. Hanya saja semangat para pemegang keputusan terbentur dengan bujet yang terus dipangkas. Lalu bagaimana solusinya?
Dalam acara NetApp All-Flash Day di Jakarta belum lama ini, para pembicara memaparkan sejumlah solusi yang bisa dilakukan perusahaan.
Sudev Bangah, Indonesia and Phillipines Country Manager IDC, menyatakan bahwa kebutuhan perusahaan dan aspirasi dari CIO-nya terus meningkat dan terus berubah.
“Masalahnya, meski di Indonesia dan Filipina, sekitar 60-70% CEO sangat mendukung trasnformasi tapi sayangnya mereka memiliki alokasi bujet paling rendah. Jadi, mereka mau menjalani transformasi tapi mereka memilih untuk menyimpan bujetnya di kantong,” papar Sudev.
Di kesempatan yang sama, Anthonius Hutabarat, Channel and GTM Lead, NetApp Indonesia memberi contoh, jika perlu performance yang tinggi, ukuran storage-nya bisa-bisa sebesar kulkas berjejer panjang. Sekarang, performance yang sama bisa diberikan hanya dengan setengah rak saja.
Anda bisa bayangkan penghematannya apa saja. Mulai dari Listrik, AC, hingga data center. Selain performance, tentu saja ini juga akan mendukung perusahaan dalam mengambil keputusan yang cepat di saat yang sama.
“Pengurangan biaya di sisi operasional jika dilihat mirip seperti service provider. Ini lah masa depan data center ke depan dimana end user industri harus memikirkan bagaimana untuk memberikan layanan seperti halnya cloud provider untuk internal mereka.”
Sebagai penyedia solusi data center, NetApp memiliki sejumlah teknologi yang bisa mendukung konsolidasi data perusahaan dalam bentuk All-Flash Array atau disingkat AFA.
Berbeda dengan storage All HDD Array yang berbentuk kepingan atau piringan. storage AFA berupa chip, yang di dalamnya mempunyai kinerja 20 kali lebih cepat dari HDD.
Menurut data NetApp, permintaan solusi storage dengan teknologi AFA saat ini tengah membludak. Sehingga wajar bila survey internal memprediksi pada tahun 2020, sekitar 70% industri akan mengadopsi storage AFA di seluruh dunia, termasuk Indonesia.