Jakarta, Selular.ID – Polemik tarif promo Rp 1 yang dilancarkan oleh Indosat Ooredoo belakangan berkembang menjadi perseteruan yang lebih luas antara Telkomsel dan Indosat Ooredoo. Dengan pengusaan pasar hingga lebih dari 60%, Indosat Ooredoo menegaskan telah terjadi penguasaan pasar yang ekstrem oleh Telkomsel, sehingga masyarakat terkadang harus membayar lebih mahal hingga tujuh kali lipat.
Tak ingin terus dipojokkan, Telkomsel menegaskan bahwa dominasinya di luar Pulau Jawa bukan merupakan praktik monopoli. Menurut Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati penguasaan pasar oleh Telkomsel di luar Pulau Jawa diraih melalui sebuah proses yang panjang dan jatuh bangun yang luar biasa sejak berdirinya pada 1995.
“Semangat membangun hingga ke pelosok merupakan semangat yang dimiliki oleh Telkomsel untuk menyatukan nusantara, dimana pada saat itu operator lain lebih fokus membangun di Pulau Jawa dan kota besar yang secara bisnis lebih menguntungkan”, ujar Adita.
Di sisi lain dalam pengaduannya kepada BRTI (20/6), Indosat Ooredoo menjelaskan kepada BRTI, jika kegiatan tersebut bukanlah iklan. Latar belakang kegiatan tersebut, antara lain karena posisi dominan Telkomsel, rencana network sharing Indosat dan partnernya yang belum terealisasi, rencana penurunan tarif interkoneksi yang belum sesuai harapan, serta sewa jaringan ke Telkom yang sulit di luar Jawa.
Meski mulai melibatkan regulator, polemik antar dua operator itu sepertinya memang belum akan usai. Kepada Selular.ID, CEO/Dirut Indosat Ooredoo Alexander Rusli, menjelaskan pihaknya tak bisa lagi mundur demi memperjuangkan posisi dan porsi yang adil kepada seluruh operator. Laporan ke BRTI dinilai dapat menjadi pintu masuk untuk mengurai persoalan yang selama ini terjadi dan tak menguntungkan operator challenger.
“Hukum ekonomi menegaskan jika market force tidak lagi berdampak pada perubahan pasar, maka pemerintah wajib untuk melakukan intervensi”, tegas Alex.
Menurut Alex, pihaknya selama ini sudah berupaya untuk mengajukan berbagai proposal agar terjadi perubahan regulasi. Namun hal itu selalu dijegal oleh Telkomsel lewat lobi-lobi. Alhasil, ia merasa merasa peraturan-peraturan yang mendorong agar persaingan menjadi lebih kompetitif selalu sulit sekali keluarnya
“Kalau status quo ini tidak dirubah, kondisi akan semakin susah. Padahal masyarakat berhak mendapatkan layanan yang bagus dengan harga terjangkau, terutama pelanggan di luar Pulau Jawa”, tegas Alex.