Jakarta, Selular.ID – Anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar disinyalir akan berimbas pada kenaikan harga seluruh produk di lini industri, tak terkecuali harga jual ponsel di pasaran. Akan tetapi, hingga saat ini Erafone selaku ritel ponsel anak usaha Erajaya Group, mengaku belum akan menaikkan harga jual di gerai mengingat perusahaan telah mengantongi sejumlah strategi dalam menghadapi kondisi fluktuatif tersebut.
Erafone merasa tenang di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat ini karena sudah memegang segmentasi seluruh pasar. Retail sekaligus distributor ponsel ini memiliki lini bisnis yang kuat dan lengkap, mulai dari ponsel low-end sampai kelas premium, sehingga bisa bertahan dengan mengandalkan fondasi tersebut. Bahkan, penjualan Erajaya di semester satu 2015 naik sebesar 29 persen dibanding tahun lalu.
“Erajaya tidak bisa bergantung pada satu segmentasi saja. Tiap tahun kami tambah merek baru. Strategi ini sukses bagi kami untuk bertahan di situasi melesunya Rupiah,” tutur Jeremi Sim, Chief Executive Officer Retail Group Erajaya, saat Selular.ID jumpai di event pembukaan Erafone Megastore baru di Depok, Jawa Barat, hari ini (26/8/2015). Saat ini, Erajaya sudah mempunyai retail 18 brand dan disribusi 14 brand.
Di samping itu, Erajaya juga memiliki inventory and loan management terhadap pemakaian uang. Bentuk investasi dalam hal apa pun akan dibeli, seperti baru-baru ini merampungkan proses akuisisi ritel Switch, demi memperluas pasar distribusi ritel ke Malaysia.
“Posisi keuangan kami kuat. Kami masih punya cadangan (stok produk) besar,” tambah Jeremy. Dengan kinerja positif sepanjang tahun lalu, Erajaya sudah membagikan dividen senilai Rp58 miliar kepada para pemegang sahamnya.
Namun demikian, Jeremy tak menampik bila bisa jadi perusahaan akan menaikkan harga jual jika kondisinya terus seperti ini, atau bahkan lebih buruk lagi.