
Jakarta, Selular.ID – Naiknya nilai tukar rupiah terhadap dollar menjadi beban tersendiri bagi para pelaku bisnis. Tak terkecuali oleh para vendor ponsel. Karena sebagian besar produknya masih harus diimpor.
Hal ini juga dirasakan oleh vendor merek lokal Advan. Di satu sisi biaya beban produksi semakin membengkak, namun di sisi lain lain mereka juga harus menjaga reveneu-nya. Tujuannya tentu agar terus mampu bertahan di bisnis ponsel di Tanah Air.
Dan ketika dihantam kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan, memaksa Advan harus mengubah strategi bisnisnya. “Di tahun ini Advan memang melakukan strategi yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya” ujar Tjandra Lianto,
Marketing Director Advan. Strategi yang dimaksud yaitu dengan memfokuskan 70% untuk hard selling dan 30% untuk branding. Hal ini berbeda dibandingkan strategi di tahun lalu.
“Tahun 2013-2014 kami memang giat melakukan branding, sekitar 70% fokus Advan di sana. Sisanya 30% baru untuk hard selling” tambah Tjandra. lebih lanjut dia menjelaskan maksud mengurangi branding di tahun ini karena Advan ingin lebih fokus menyasar target pasar. Tidak lagi melakukan strategi spreading product di berbagai segmen pasar. “Untuk ituw Advan mengeluarkan berbagai tipe produk smartphone untuj segmen pengguna yang berbeda-beda” tutup Tjandra.