RUU PDP
Ilustrasi serangan malware (Kredit: cnmeonline.com)
Ilustrasi serangan malware (Kredit: cnmeonline.com)

Bandung, Selular.ID – Di saat booming internet dan inovasi membawa dampak positif bagi masyarakat dunia, namun di saat itu juga menimbulkan ketakutan atas kebocoran data dan privasi. Di sisi lain masih menyisakan anggapan bahwa sebenarnya inovasi itu memberikan celah lebih dalam bagi peretas alias hacker, untuk menyusupkan malware berbahaya. Bahkan menurut penjelasan Iswadi, Hardware Product Manager PT Blue Power Technology, jenjang malware saat ini sudah mengarah ke sophisticated karena digunakan sebagai alat untuk mengeruk keuntungan. Lebih terstruktur dan ganas bila dibandingkan kemunculan malware di tahun 2003.

“Waktu itu (2003), virus bekerja secara sporadis dan bersifat hanya merusak, kalau sekarang ada motif mencari keuntungan misalnya mencuri data kartu kredit,” ungkap Iswadi, kepada Selular.ID.

Dengan aktivitas pelaku serangan yang lebih agresif, Iswadi menambahkan, lebih dari 95 persen komputer yang menjadi ‘jantung’ perusahaan sudah terinfeksi (compromised). Terlebih, serangan Advanced Persistent Threat (APT) sedang marak mengancam jaringan perusahaan. Malware ini harus diwaspadai karena menyerang dalam beragam multifactor yang sudah akrab dengan pengguna. Dan parahnya, aktivitas APT tidak bisa terdeteksi.

“Bisa dalam bentuk email atau SMS. Siapa yang curiga bila ada email yang misalnya berjudul Rincian Gaji Bulan Ini,” ujarnya seraya tertawa.

Peretas memiliki motif dan target berbeda tiap kali melancarkan serangan. Ada yang menargetkan pemerintah, organisasi perusahaan, atau pengguna awam.

Mengingat transformasi malware yang begitu maju, maka cara tradisional dikatakan sudah tidak ampuh. BPT sendiri mempunyai produk anti virus yang mampu menangkal segala pergerakan dan serangan malware APT, bernama Fire Eye. “Fire Eye mampu melakukan tindakan analisis sampai blocking malware,” katanya. (bda)