Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Menkominfo: 5 Tahun Saya Hanya Urus Broadband dan Efisiensi Industri

BACA JUGA

Rudiantara, Menkominfo RI
Rudiantara, Menkominfo RI

Jakarta, Selular.ID – Pita lebar menjadi agenda nasional yang akan terus menerus dikembangkan oleh pemerintah. Agenda ini juga yang akan jadi fokus kerja kementrian Komunikasi dan Informatika RI.

Dalam perbincangannya dengan Selular.ID di ruang kerjanya, Rudiantara, Menkominfo menyampaikan bahwa dalam bidang telekomumikasi dirinya akan fokus pada permasalahan pita lebar atau lebih dikenal broadband dan efisiensi industri telekomunikasi. “Lima tahun ini yang saya kerjakan ya broadband dan efisiensi industri, itu saja yang terus saya kejar,” jelasnya.

Seperti diketahui untuk mempercepat gelaran broadband (4G LTE) saat ini Kominfo sudah mengeluarkan kebijakan penataan frekuensi 1800Mhz yang akan digunakan oleh operator selular untuk menghadirkan layanan internet cepat. Paling lambat akhir tahun 2015 ini gelaran LTE di frekuensi 1800Mhz ini sudah dapat dilaksanakan oleh operator sehingga masyarakat benar-benar dapat merasakan akses internet cepat dengan makaimal.

Sedangkan dari sisi efisiensi industri, TKDN ponsel 4G masih jadi prioritas utama. Rudiantara bahkan mengaku Departemen yang dipimpinnya memegang peran yang dominan dalam mendorong terwujudnya cita-cita “lokalisasi” ponsel ini. “Kalau tidak didorong, defisit akibat dari transaksi berjalan impor ponsel yang hampir USD 4Miliar akan terus ada”, jelasnya. Terkait hal ini menurut Rudiantara kebijakan ini mendapat dukungan juga dari menteri keuangan.

Bagi Rudiantara sebenarnya pihaknya tidak terlalu memikirkan pabrik ponsel harus di Indonesia atau tidak. “Kalau dari perindustrian kebijakannya memang pabrik harus di Indonesia. Tapi kalau saya bagaimana devisa itu bisa masuk ke Indonesia”, ungkapnya. Oleh karenanya terkait TKDN 40 persen bagi ponsel 4G Rudiantara lebih menginginkan bersifat brainware bukannya hardware.

“Kalau hardware, produsen berpikirnya biaya produksi. Tapi kalau kita kedepankan brainware seperti misalnya design layar yang mempunyai hak cipta. Kalau ada orang indonesia yang mampu mendesain dan itu didaftarkan hak ciptanya, mau dimanapun produksinya produsen pasti harus bayar royalti kepada kita,” pungkasnya. (bda)

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU