
Jakarta, Selular.ID – Persaingan di pasar smartphone tak lepas dari serangkaian manuver yang dilakukan kalangan vendor. Banyak vendor makin fokus di pasar ini dan membenamkan investasi besar untuk smartphone. Menurut Djatmiko Wardoyo, Direktur Marketing dan Komunikasi PT Erajaya Swasembada, ada tiga hal yang membuat sejumlah vendor saat ini bisa bertahan dan berkembang.
Pertama, brand yang memiliki marketing budget yang sangat besar atau jor-joran beriklan. Contohnya adalah Samsung dan Oppo. “Kalau diingat, Oppo dalam empat-lima tahun lalu berani menggelontorkan investasi besar di billboard jalan-jalan besar seperti Cengkareng, Slipi, hingga banyak di daerah luar Jakarta,” ujar Djatmiko saat berkunjung ke kantor Selular.ID beberapa hari yang lalu. Selain punya segepok dana buat sektor marketing, vendor juga memberikan insentif bagi penjual yang berhasil menjual smartphone miliknya ke konsumen.
Poin kedua, memilih dan memperkuat strategi perusahaan yang akan dijalani. Contohnya brand yang mempunyai produk mumpuni namun harganya miring, seperti Xiaomi dan Asus. Xiaomi melakukan pendekatan berbeda, dengan memotong rantai biaya distribusi sehingga harga jualnya bisa lebih ditekan. Sementara Asus, memungut margin yang lebih kecil mengingat jurus berjualannya di ranah komputer laptop. “Di 2014, kedua merek tersebut mengubah peta konvensional karena membawa metode pemasaran baru,” tambahnya.
Strategi ketiga yakni brand yang memiliki equity sangat kuat dan harganya mahal namun tetap diminati pelanggan, contohnya Apple. Tiap sekuel smartphone Apple iPhone selalu mengundang hype yang luar biasa.
Bila vendor tidak mempunyai salah satu dari tiga poin strategi tersebut, Djatmiko menandaskan, kemungkinan produknya masih tetap ada di pasaran namun cukup berat untuk bisa berkembang. Terlebih, bakal terus-menerus digilas oleh pesaing kuat. (bda)