Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

LTE : “Bayi Prematur” yang Dinantikan Kehadirannya.

BACA JUGA

4G LTESetelah digadang-gadang sekian lama, Indonesia akhirnya secara resmi sudah menghadirkan komersialisasi layanan internet generasi keempat yang dikenal dengan istilah 4G Long Term Evolutin (LTE). Sayangnya layanan ini seperti dipaksakan untuk segera rilis di Indonesia. Pasalnya, ekosistem yang menunjang teknologi generasi ke-empat industri selular ini belum disiapkan.

Sebut saja dari soal ketersediaan ponsel yang kurang memadai. Di Indonesia, ponsel yang mampu berjalan di teknologi 4G ini masih sangat sedikit ketersediaannya. Sekalipun ada, harganya dinilai masih terlalu mahal untuk masyarakat Indonesia. Terkait masalah ini, para operator yang telah menggelar komersialisasi layanan ini berusaha mengatasinya dengan melakukan program bundling. Namun tetap saja komitmen para vendor ponsel untuk menjamin ketersediaan produknya tersebut masih minim.

Belum lagi mengenai distribusi sim card yang jumlahnya terbatas mengingat biaya untuk memproduksi USIM (Simcard khusus 4G) cukup mahal. Masyarakat juga belum memahami bahwa mereka harus mengganti simcard-nya terlebih dulu untuk bisa menikmati layanan internet cepat yang disediakan operator karena minimnya informasi yang tersedia. Untuk hal ini baik pemerintah maupun operator dinilai belum maksimal dalam penyebaran informasi.

Yang tidak kalah penting yaitu soal spektrum yang digunakan. Di Indonesia untuk menghadirkan internet cepat ini pemerintah memberikan ijin penggunaanya di spectrum 900 Mhz. Penggunaan spectrum ini mengundang banyak perdebatan karena secara portfolio penggunaan spectrum ini untuk layanan 4G LTE sedikit sekali. Dari sekian banyak negara yang sudah menjalanan LTE hanya 2 persen saja yang menggunakan spektrum 900Mhz. Produsen ponsel global pun banyak yang memproduksi handset-nya untuk berjalan di frekuensi 1800Mhz ataupun 2100Mhz .

Spketrum 900Mhz di masing-masing negara pun jumlahnya sangat terbatas hanya mampu memberikan lebar pita maksimal 25Mhz saja. Sehingga operator hanya bisa menyediakan kapasitas sebesar 5Mhz saja, sedangkan idealnya untuk menghadirkan internet cepat dibutuhkan kapasitas minimal 10Mhz. Dengan kapasitas yang hanya 5Mhz kecepatan maksimal yang bisa dihasilkan hanya 36Mbps saja yang tidak berbeda dengan 3G hanya saja latensinya memang lebih kecil.

Direktur Utama Indosat Alexander Rusli ketika ditanya kenapa Indosat menjadi operator terakhir dalam menghadirkan komerialisasi LTE beberapa waktu lalu bahkan menyebutkan untuk apa teergesa-gesa. “Why we should launch quickly? Toh, kecepatan maksimum 4G LTE ini cuma 35 Mbps karena semua pakai 5Mhz. Speed-nya lebih pelan dari 3G, malu bos. Kalau dengan 5Mhz saja tak mungkin lebih cepat dari 3G yang sudah 42Mbps,” pungkas Alex, panggilan akrabnya.

Selain itu, di Indonesia, operator yang mempunyai lisensi penggunaan frekuensi 900Mhz hanya ada tiga operator yaitu Telkomsel, XL Axiata dan Indosat. Jadi tidak banyak operator yang bisa ikut bermain.

Parahnya lagi, kehadiran layanan 4G LTE ini hanya sementara saja karena frekuensi 1800Mhz akan ditata terlebih dahulu dan nantinya frekuensi inilah yang akan digunakan untuk jaringan LTE. Menteri komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI, Rudiantara pernah menyampaikan bahwa kuartal pertama 2015 penataan frekuensi 1800Mhz akan selesai dilakukan sehingga layanan LTE akan mengalami masa keemasannya di Indonesia pada pertengahan tahun 2015.

Dari sisi teknologi memang tidak sulit bagi operator untuk memindahkan jaringannya dari frekuensi 900Mhz ke 1800Mhz, tapi tetap saja kegiatan tersebut akan menimbulkan dua kali investasi yang harus dikeluarkan operator. Kenapa tidak menunggu frekuensi 1800Mhz selesai ditata sambil membangun ekosistemnya?

Yang lebih parah, jumlah masyarakat Indonesia yang menggunakan layanan 2G masih sangat dominan. Utilisasi jaringan 3G di Indonesia saja masih 40 persen, dan investasi para operator dalam menghadirkan layanan 3G juga belum balik modal.

Kondisi tersebut akhirnya menimbulkan kesan bahwa kehadiran layanan 4G LTE ini seperti dipaksakan. Ralat, bukan seperti tapi memang dipaksakan karena Menkominfo pun megakuinya dengan menyamakan kondisi saat ini seperti pada saat pertama kali industry selular berlomba-lomba menghadirkan 3G meskipun model bisnisnya belum ada.

Mudah-mudahan kehadiran layanan LTE di Indonesia ini tidak jadi ajang jualannya Menkominfo yang ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa di era kepemimpinannya lah layanan internet cepat ini sudah ada di Indonesia di tahun 2014 ini dan menjadi masterpiece-nya Rudiantara sebagai Menkominfo karena sudah menghadirkan layanan ini di Indonesia. Padahal pada saat Tifatul menjabat sebagai Menkominfo, LTE sudah diagendakan untuk dikomersialisasikan pada akhir tahun 2015 karena akan menata terlebih dahulu frekuensi 1800Mhz.

Pengamat telekomunikasi dari Indonesia Telecommunication User Group (IDTUG), Muhammad Jumadi hadirya layanan 4G LTE memang sebuah dilema. Jika tidak segera dihadirkan kita akan jauh tertinggal dengan negara lain, tetapi jika dihadirkan saat ini masih banyak yang harus dibenahi terlebih dahulu.

Namun demikian, Jumadi setuju bahwa 4G harus segera hadir karena Indonesia sudah sangat tertinggal. Tetapi Jumadi juga mengingatkan harus ada edukasi dan pemahaman kepada pengguna bahwa harga 4G saat ini tentu lebih mahal. “Ada banyak hal yang operator mesti infokan, yakni handset dan sim card. Jangan sampai masyarakat pengguna salah persepsi, dikira mereka apa yang mereka pakai sekarang bisa langsung 4G, ini yang terjadi sekarang.

Lebih lanjut Jumadi menyampaikan operator juga harus berpikir berapa persen pelanggan yang masih menggunkan handset dengan teknologi 2G. Menurut IDTUG hampir 60 persen masyarakat masih menggunakan handset dan simcard lama. “Operator harus berpikir itu juga, jangan promosi 4G tapi pengguna masih banyak yang handset-nya jadul dan masih teknologi 2G, terus bagaimana hak mereka sebagai pengguna mendapatkan layanan telco? Bisa jadi jika dirubah ke 4G semua mereka tidak bisa berkomunikasi,” paparnya.

Memang di beberapa negara yang sudah menjalankan teknologi 4G, pada akhirnya operator mematikan layanan untuk teknologi yang lebih lama sepeti teknologi 2G. Di Indonesia sendiri operator sudah tidak lagi mengalokasikan investasinya untuk teknologi 2G.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU