Twitter mensinyalir bahwa kelompok penjahat cyber asal Cina adalah biang keladi di balik serangan ke layanan mikroblogging tersebut. Bob menduga serangan oleh para peretas ini masih ada hubungannya dengan serangan bertubi-tubi yang dilakukan selama empat bulan terakhir ke sistem administrasi kantor media New York Times dan Wall Street Journal. “Serangan ini bukanlah pekerjaan amatir, dan kami tidak percaya itu adalah insiden yang terisolir,” ungkap Bob.
Untuk melindungi para penggunanya, Twitter pun langsung mengambil beberapa langkah pencegahan. Semua password dan session token yang dicurigai telah digondol oleh peretas asal Cina tersebut telah di-reset. Twitter pun telah mengirimkan e-mail kepada pengguna tersebut yang berisikan himbauan dan informasi mengenai cara mengganti password. Perusahaan menyarankan mereka agar menggunakan “password hygiene”.
“Pastikan Anda menggunakan password yang kuat, setidaknya 10 karakter dan gabungan antara huruf besar dan huruf kecil, angka, dan simbol, yang tidak digunakan di akun atau situs lain,” saran pihak Twitter.
Media sosial raksasa itu juga mengumumkan niatnya untuk bekerja sama dengan penegak hukum federal untuk menemukan dan mengadili para penjahat cyber. (Choiru Rizkia)