Desakan terkait pajak ini kemudian membuat Nokia bertekad mengalihkan produksi perangkat dan asetnya yang lain ke Cina, dari semula di pabrik yang berlokasi di Chennai, India. Rencananya, pabrik di Cina bakal memproduksi handset berbasis Android dari jajaran Nokia X. Meski pernyataan ini belum resmi dikonfirmasi langsung oleh pihak Nokia, tetapi perusahaan disinyalir sudah mengurangi jatah produksi di India.
Memang, media setempat pernah mengemukakan pemberitaan bahwa perusahaan asal Finlandia itu sudah menganggap India sebagai tempat yang tidak lagi kondusif untuk berinvestasi. Padahal, India merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan ponsel terbesar di dunia, juga menjadi pasar kedua terbesar bagi Nokia yang mulai beroperasi di negara tersebut pada 1995 dengan 8.000 karyawan di Chennai.
Hingga kini, pihak Nokia terus melakukan koordinasi dengan pemerintah India untuk mencari jalan keluar terbaik. Pabrik di Chennai saat ini masih ditukangi oleh pemerintah India. Untuk merebutnya kembali, Nokia diharuskan membayar pajak sebesar 21.000 rupee. Selain sengketa pajak di India, alasan lain mengapa Nokia memindahkan pabrik produksinya ke Cina adalah minat konsumen terhadap Nokia X yang sangat tinggi di sana.
Sejak pre-order dibuka dua pekan lalu di Cina, jutaan orang sudah tertarik untuk membelinya, padahal ketersediaan baru akan ada tanggal 24 Maret. Setelah mencapai 1 juta pemesan dalam 4 hari, kini angka pre-order meningkat 4 kali lipat. Pemesanan yang dilakukan secara online melalui jd.com telah menunjukkan bahwa lebih dari 4 juta orang berminat membeli perangkat tersebut hanya dalam beberapa hari saja. (Choi)