21 November 2013 09:30
Sebagai bagian dari upaya untuk mencegah pencurian smartphone, Samsung mengajukan usul fitur kill-switch yang akan dibenamkan ke smartphone high-end besutannya. Namun laporan New York Times menyebutkan bahwa operator selular utama di AS, seperti AT&T, Verizon, T-Mobile, dan Sprint, telah menolak untuk mendukung upaya Samsung tersebut.
Hal ini menarik mengingat anggota parlemen seperti pengacara di distrik San Francisco dan New York, George Gascon dan Eric Schneiderman, baru-baru ini memimpin kampanye yang menyerukan kepada produsen handphone untuk menyertakan fitur waspada pencuri di ponsel mereka. Lalu apa alasan para provider menolak usulan Samsung dan pejabat parlemen? Rupanya mereka tidak mau menyuntikkan software tersebut ke ponsel karena khawatir itu akan memusnahkan pendapatan mereka. Keuntungan yang datang dari asuransi pemilik smartphone untuk menutupi perangkat hilang atau dicuri. Software Samsung kill-switch akan membebankan biaya berlangganan tahunan sebesar US$29,99 atau sekitar Rp330.000. Biaya itu akan bertabrakan dengan biaya asuransi yang ditawarkan operator.
Menurut Gascon, “Solusi ini berpotensi menjaga data dan perangkat pelanggan Samsung, tapi email (antara Samsung dan operator) ini menyiratkan bahwa operator menolak usulan Samsung sehingga operator dapat terus menghasilkan uang lebih dari premi asuransi.” Upaya Samsung ini tampak sebagai reaksi dalam menanggapi fitur anyar Apple Activation Lock yang dirilis bersama iOS 7. Activation Lock sudah mulai diuji sejak saat itu, dan diyakini bisa menjadi penangkal yang layak untuk pencurian smartphone.
Software kill-switch mungkin bukan jawaban paling tepat untuk mengendalikan perangkat yang dicuri. Software lain yang mampu menonaktifkan handphone dari jarak jauh bisa digunakan oleh pembajak untuk mengintervensi layanan apapun ke pelanggan. (Nis)
Sumber : http://appleinsider.com (19/11/2013)