3 November 2011 13:00
Jakarta – Persaingan antar operator selular, bisa dikatakan paling ketat terjadi di Indonesia. Ini karena jumlah operator selular di Indonesia yang jauh lebih banyak dibandingkan dinegara lain. Ada sekitar 13 operator selular di Indonesia, jauh jika dibandingkan Cina yang hanya memiliki 3 operator. Padahal jumlah penduduk Cina jauh lebih gemuk dibandingkan Indonesia.
Di tengah persaingan semakin ketat ini, para operator kecil, yaitu operator dengan market share kecil, berharap adanya regulasi dari pemerintah untuk menciptakan persaingan yang lebih adil. Maklumlah, karena para operator kecil ini adalah operator yang masuk ke pasar layanan selular di Indonesia paling belakang dibandingkan 3 operator besar (Telkomsel, Indosat, XL).
Salah satu regulasi yang diharapkan yaitu adanya pembebasan akses International jalur International Gateway. Hal ini dikemukakan dalam presentasi yang disampaikan oleh President Director Axis dalam acara The Next Billion Confrences di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta (2/11/2011). “Banyak negara sudah melakekan liberalisasi IDD (International Direct Dialing), dan terbukti mampu menekan tarif dan meningkatkan volume akses ke luar” ujar Erick.
Dalam pemaparannya, Erick menyebutkan negara seperti Pakistan, India, Nepal, Cina, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura dan Filipina, sudah memberlakukan liberalisasi penuh terhadap IDD-nya. “Rata-rata tarif percakapan ke luar negeri bisa ditekan hingga 90% dari tarif yang ada jika memberlakukan liberalisasi penuh IDD. Serta mampu meningkatkan volume percakapan ke luar negeri hingga 104%”, tambah Erick saat berbincang-bincang dengan Selular Online saat makan siang bersama.
Seperti diketahui, akses IDD di Indonesia masih dipegang oleh beberapa operator saja, seperti Telkom (007), Indosat (001) dan Bakrie Telecom (009). “Tapi yang Axis harapkan bukan hanya sekedar liberalisasi IDD untuk voice, tapi juga akses internet ke luar negeri. Karena justru itu yang lebih besar” tambah Chandra Hawan Aden, Head of Regulatory & Government Relation Axis, yang juga turut dalam makan siang bersama. Lebih lanjut Dicky, nama panggilan Chandra Hawan Aden, menjelaskan kalau untuk percakapan internasional, justru lebih banyak menuju Indonesia daripada ke luar negeri.
Namun tidak hanya masalah liberalisasi International Gateway saja yang diharapkan Axis bisa menjadi regulasi yang menyehatkan persaingan. “Penurunan tarif interkoneksi dan Significant Market Power (pengaturan persaingan dengan operator besar) juga kami harapkan bisa menjadi regulasi yang membuat persaingan antara operator bisa lebih adil” papar Erick. (Edi Kurniawan)
Sumber : www.selular.co.id