Jakarta, Selular.ID – Ruang kerja bersama atau lebih dikenal dengan istilah co-working space tengah menjadi tren. Konsep co-working space memberikan atmosfir yang nyaman untuk bekerja.
Mengikuti tren tersebut, Menteri Kominfo Rudiantara meminta agar pemilik tanah dan pengusaha properti untuk mengubah cara pandang konvensional ke masa kini.
“Bagi properti owner di Indonesia, mereka harus mengubah pola pikirnya. Bila ada properti besar, jangan terus larinya ke perdagangan untuk toko-toko. Sekarang mikirnya jangan dagang. Lihat milenial-milenial, uangnya ditabung untuk leisure. Bukan untuk beli baju, sepatu atau tas branded lagi, yang penting ada. Uang mereka ditabung untuk jalan-jalan kemana, nongkrong minum kopi dimana. Jadi properti owner mulailah lari ke bisnis services,” kata Rudiantara saat ditemui wartawan usai acara diskusi panel bertema “How Blockchain, AI and other Latest Technologies Will Disrupt South East Asia Market and the World”, di kantor Gan Kapital Plug n Play di Jakarta (5/12/2017).
Menurut pria yang akrab disapa Chief RA itu, ekonomi berbasis komoditas kini beralih ke services. Di kancah global, dalam tiga tahun terakhir, ekonomi berbasis perdagangan barang cenderung flat alias stagnan, yang naik justru services.
“Itu menunjukkan bagaimana berubahnya ekonomi dunia dan Indonesia, yang tadinya berbasis komoditi atau barang ke jasa. Nanti pas tren 3D Printing jalan, tidak usah ekspor barang lagi, tinggal print aja di sini,” ungkap Chief RA.
Ditanya mengenai peran pemerintah dalam mengembangkan co-working space, Rudiantara lepas tangan, “Itu bukan wilayah pemerintah pusat, melainkan Pemda setempat,” serunya.
Rudiantara menyebut bahwa pemerintah daerah biasanya punya gedung yang terlantar. Punya kantor atau properti yang terlantar. Hanya dibersihkan dan dirapikan tapi tidak dipakai.
“Saya coba mau approach. Karena di beberapa kota ada anak mudanya minta co-working space ke saya, ya saya telpon walikotanya ada tempat yang kayak gini gak, ubah aja jadi co-working space,” jelas Rudiantara.