Baterai isi ulang ini memiliki kemampuan setara dengan baterai biasa yang lebih mahal secara produksi, namun lebih ramah lingkungan. “Keuntungan menggunakan bahan terbarukan untuk penyimpanan muatan adalah banyaknya sumber daya yang tersedia, satu pohon saja mengandung 20 sampai 30 persen lignin,” kata Inganäs. “Di sisi lain bahan pembentuk baterai lithium-ion seperti kobalt harganya lebih mahal dan terbatas secara SDA.” Ucap Inganäs.
Menurut para peneliti kekurangan bahan lignin adalah baterai perlahan-lahan kehilangan muatan listrik mereka saat tidak digunakan. Tapi, Milczarek dan Inganäs juga menemukan bahwa turunan lignin bergantung pada saat pemrosesan dan mereka yakin masih banyak ruang untuk mengoptimalkan baterai tersebut. (Deni Taufiq)