Jakarta, Selular.ID – Sekitar tiga tahun lalu, brand Oppo masih dipandang sebelah mata. Sebagian orang malah mengernyitkan dahi ketika disinggung ada smartphone berlabel Oppo. Karena namanya yang lumayan unik, spontan meluncur sepotong kalimat berbahasa Jawa, “Opo Meneh?”. Alhasil, di awal-awal kemunculannya, Oppo kerap menjadi bahan pelesetan sesuai gaya orang Indonesia.
Namun siapa sangka, menyandang brand yang lumayan ‘ndeso, justru Oppo kini mencuat menjadi pemain terdepan di pasar smartphone domestik. Tak tanggung-tanggung, hanya dalam tempo tiga tahun sejak pertama kali menyambangi Indonesia, brand asal China ini sudah nangkring di posisi ke dua. Padahal pada 2015, Oppo bahkan belum masuk dalam posisi lima besar!
Sesuai laporan Quarterly Mobile Phone Tracker yang dikeluarkan International Data Corporation (IDC) pada kuartal ketiga 2016, Samsung menguasai sekitar 32,2% pangsa pasar smartphone di Indonesia, disusul Oppo (16,7%), Asus (8,2%), Advan (6%), Lenovo (5,7%), selebihnya dikerubuti belasan merek lainnya.
Membandingkan data IDC sebelumnya, yakni kuartal keempat 2015, posisi lima besar, secara berturut-turut diduduki oleh Samsung dengan raihan 24,8%. Disusul Asus (15,9%), Smartfren Andromax (10,8%), Advan (9,6%), dan Lenovo (6,5%).
Apa yang menyebabkan Oppo sukses menjungkalkan brand-brand yang sebelumnya sudah bercokol lama di posisi elit?
Ada banyak faktor yang membuat Oppo mampu melejit dan menjadi pilihan konsumen di Indonesia. Salah satunya adalah positioning yang tepat sebagai camera phone merupakan nilai lebih yang ditawarkan kepada pengguna. Sejak awal kemunculannya, Oppo memang konsisten dalam mengeksplorasi fitur kamera sebagai kekuatan dalam bersaing dengan brand lain.
Menyadari bahwa pasar Indonesia masih didominasi model konvensional, Oppo pun lebih fokus pada pemasaran gaya tradsional. Di sini Oppo bahkan berani tidak menggandeng satu pun distributor untuk memasarkan produknya. Ini adalah pemasaran gaya baru karena sejak tiga dekade lalu, brand-brand ponsel selalu menjalin kerjasama dengan para distributor yang memiliki jaringan hingga ke seluruh Indonesia.
Kondisi ini membawa konsekwensi, yakni Oppo harus merekrut banyak promoter yang bertugas di toko-toko yang ada pada pusat-pusat belanja ponsel. Jumlahnya memang sangat banyak. Penelusuran Selular menunjukkan, Oppo memiliki sekitar 8.000 promoter yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Namun, dengan memangkas satu jalur di bawah, Oppo mengiming-imingi toko dengan margin keuntungan yang tinggi. Tak tanggung-tanggung, besarnya mencapai Rp 500 ribu – Rp 800.000. Tentu saja itu adalah insentif yang luar biasa bagi toko, karena selama ini paling tinggi keuntungan toko dari menjual satu unit ponsel, tak labih dari Rp 25.000.
Selain tak pelit dalam memberikan insentif, toko juga tak sepeser pun mengeluarkan duit untuk branding. Berbagai material promo, dari show case, banner, hingga billboard, disediakan oleh tim Oppo. Pendeknya, toko tinggal jualan. Terutama merayu pembeli yang sebelumnya berniat membeli smartphone merek lain, agar mau mencoba Oppo.
Untuk mendongkrak popularitas dan penjualan produk, Oppo seperti kita ketahui tak segan menggelar kampanye pemasaran yang massif, yang tentu saja mengeluarkan dana tak sedikit. Baik untuk kampanye pemasaran langsung, maupun melalui televisi.
Hal itu dilakukan demi mendongkrak varian baru seperti seri Oppo F1 dan F1s, yang langsung diminati masyarakat. Tak tanggung-tanggung untuk memperkenalkan produk ini, Oppo menggandeng public figure, yakni penyanyi Isyana Sarasvati dan pebalap F1 Rio Haryanto sebagai brand ambassador. Dilanjutkan dengan Chelsea Islan, Reza Rahardian dan terakhir Raisa Andriana yang bahkan di-branding sebagai salah varian dari F1s, yakni Oppo Raisa Phone.
Khusus untuk Raisa, tak percuma Oppo menggandeng penyanyi muda berbakat itu dengan nilai kontrak yang besar. Pasca resmi diperkenalkan pada 7 Desember yang lalu, Oppo Raisa Phone mendapat respon baik di masyarakat. Bagaimana tidak, dalam waktu 24 jam perangkat ini telah ludes dibeli oleh 2000 konsumen melalui salah satu situ e-commerce di Indonesia.
Sukses itu melengkapi keberhasilan penjualan perdana produk Raisa Phone secara serentak di Indonesia (17/12/2016), di lima kota besar yang menguasai penjualan, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Palembang. Pada kesempatan ini, sebanyak 6 ribu orang membawa pulang edisi khusus Oppi F1s berwarna hitam bertanda tangan laser engraved dari Raisa.
Kombinasi kampanye pemasaran yang agresif, produk berkualitas namun dengan harga terjangkau, serta insentif pengecer yang menggiurkan, membuat Oppo menjadi bintang penjualan smartphone sepanjang 2016. Tak berlebihan jika Oppo kini menjadi penantang terkuat Samsung, dan siap mengkudeta brand asal negeri ginseng itu pada 2017.