Minggu, 3 Agustus 2025

Apa Kabar Program Pusyantip?

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

pusyantip (2)

Bukittinggi, Selular.ID – Saat memimpin Kemenkominfo di era pemerintahan kedua SBY, Tifatul Sembiring memiliki banyak gagasan. Diantaranya adalah Pusyantip (Pusat Layanan Telekomunikasi dan Informasi Pedesaan) dan Portal Lumbung Desa. Keduanya merupakan bagian dari program Desa Berdering yang menjangkau 25 ribu desa terpencil di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Di desa-desa tersebut, kemenkominfo bekerjasama dengan Telkomsel sebagai pemenang USO (Universal Service Obligation) menyediakan 25 ribu terminal FWT (Fixed Wireless Telephone), sehingga masyarakat bisa berbagi berbagi informasi. Seperti kebutuhan pupuk, bibit, hasil panen, hasil laut, dan lainnya yang akan diteruskan ke Portal Lumbung Desa dan situs internet. Aliran informasi dan komunikasi semakin optimal dengan dibentuknya Desa Pintar (Desa Punya Internet) yang dilengkapi fasilitas komputer dan akses internet.

pusyantip (4)

Melalui program tersebut, masyarakat dapat mencari apa pun informasi yang bermanfaat untuk menghilangkan kesenjangan informasi dan pendidikan. Di setiap provinsi terdapat tiga Desa Pintar.

Sebagai solusi untuk mengentaskan permasalahan komunikasi, khususnya di daerah-daerah terpencil dan perbatasan, program yang digagas oleh Tifatul Sembiring itu pantas mendapat apresiasi. Sayangnya pelaksanaan di lapangan seringkali tak sejalan dengan rencana awal.

Pergantian pemerintahan seringkali menjadi sebabnya. Saat nahkoda kemenkominfo berganti dari Tifatul ke Rudiantara, program Desa Berdering tak lagi terdengar gaungnya. Alhasil, program turunannya yaitu Pusyantip dan Portal Lumbung Desa juga tak lagi jadi prioritas.

pusyantip (1)

Hal ini dibuktikan Selular saat bertandang ke Bukit Tinggi (3/7/2016), Sumatera Barat. Melongok ke Guguak Tinggi, salah satu desa yang pernah menjadi bagian dari ribuan Desa Berdering, papan reklame Pusyantip masih terpampang kokoh di salah satu toko yang terletak di depan mesjid Jami Rambuti.

H Muslim, sang pemilik toko kelontong itu, menceritakan bahwa layanan Pusyantip pernah diminati warga desa. Pasalnya tak seperti wartel, Pusyantip menawarkan tarif telepon yang lebih terjangkau oleh kantung warga desa.

“Namun sejak Tifatul tak lagi menjadi menteri, program Pusyantip menjadi mati suri. Tak ada lagi orang menelpon. Jadi sekarang saya simpan saja perangkat yang diberikan oleh operator”, ungkap pria berusia 74 tahun ini.

Harus diakui saat ini dengan menjamurnya pemakaian ponsel dan juga semakin terjangkaunya tarif yang dibebankan oleh operator, membuat program pemerintah seperti Pusyantip dan Portal Lumbung Desa seperti kehilangan arah.

Diperlukan kesinambungan program karena masih banyak desa di berbagai wilayah di Indonesia yang belum menikmati akses komunikasi secara luas dan terjangkau. Diakui, program Desa Berdering adalah terobosan yang dilakukan Tifatul untuk mensejajarkan masyarakat desa agar dapat meningkatkan taraf hidup dan ekonominya. Kini di era Rudiantara, tantangan tentu telah berubah. Namun program pengentasan masyarakat desa terutama di wilayah terpencil tak boleh dilupakan.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU