Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Bukan Lagi Smartphone, Cloud Kini Menjadi Mesin Pertumbuhan Baru Huawei

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Divisi smartphone pernah menjadi mesin pertumbuhan utama Huawei. Periode 2017 – 2019, dapat disebut sebagai masa keemasan smartphone dari raksasa telekomunikasi China itu.

Tengok saja pada akhir 2017, vendor yang berbasis di Shenzhen itu, mampu mengirimkan 153 juta unit ponsel. Pencapaian itu sekaligus menempatkan Huawei sebagai vendor nomor dua di dunia menggusur Apple.

Pada 2018, penjualan Huawei semakin menggila karena angkanya mencapai lebih dari 200 juta unit. Begitu pun pada akhir 2019 yang mampu menembus 250 juta unit.

Lompatan penjualan itu membuat ketar-ketir para pesaingnya, terutama Samsung yang sudah menjadi penguasa pasar ponsel global sejak 2012.

Dengan penjualan yang terus meningkat, selangkah lagi, vendor yang memiliki logo mirip bunga warna merah menyala itu, bisa menjadi nomor satu menggusur Samsung. Huawei optimis bisa merebut tersebut takhta itu pada 2020.

Sayangnya ambisi yang disusun Huawei tiba-tiba menjadi berantakan. Tak disangka, pada pertengahan 2019, Donald Trump, Presiden AS saat itu, menghukum Huawei karena dianggap menjadi bagian dari spionase teknologi China.

Keputusan Trump kemudian diperkuat oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC). Pada akhir 2019, otoritas telekomunikasi AS itu, resmi menempatkan sejumlah perusahaan asal China, termasuk Huawei dan ZTE, ke dalam daftar hitam.

FCC bahkan memperluas sanksi dengan memblokir penjualan produk dan layanan elektronik vendor-vendor China di pasar AS.

Masuk ke dalam daftar hitam, membuat Huawei dilarang bermitra dengan perusahaan-perusahaan teknologi AS, terutama Google yang menjadi jantung dari OS Android. Imbas dari keputusan drastis itu, membuat bisnis smartphone Huawei berada dalam mode “bertahan hidup”.

Tengok saja pada kuartal pertama 2022, pangsa pasar Huawei terus menukik. Huawei mencatat penurunan terburuk dari tujuh merek, peringkat keenam berdasarkan pangsa pasar dan dengan penjualan anjlok 64,2% dari tahun sebelumnya. Penjualan smartphone perusahaan di pasar China juga turun 12% dari kuartal sebelumnya.

Saat ini Huawei terpaksa hanya mengandalkan pasar China. Sayangnya, pasar dalam negeri juga tidak sedang bai-baik saja.

Dalam dua tahun terakhir, permintaan ponsel di China terus menukik karena pembatasan covid-19 oleh pemerintah China dan memburuknya ekonomi negeri tirai bambu itu.

Apa boleh buat, persoalan geopolitik, membuat Huawei harus melupakan mimpi menjadi vendor ponsel nomor satu dunia, yang sejatinya tinggal selangkah lagi.

Meski tak lagi bisa mengandalkan smartphone sebagai mesin pendapatan utama, Huawei tak berkecil hati. Pasalnya, vendor yang didirikan oleh Ren Zhengfei itu, telah menemukan sumber pertumbuhan baru. Salah satunya adalah cloud.

Baca Juga: Pendapatan Huawei Dari Lisensi Paten Melonjak Signifikan

Dorongan Pertumbuhan Cloud

Melalui pesan tahun baru tahunan yang bernada otpimis, ketua bergilir Eric Xu mengklaim bahwa bisnis Huawei telah kembali normal.

Xu memperkirakan pendapatan sepanjang 2022 bersifat datar dari tahun ke tahun, meskipun sanksi perdagangan terus berlanjut oleh AS.

“Pada tahun 2022 kami berhasil keluar dari mode krisis. Pembatasan AS sekarang menjadi kebiasaan baru kami,” kata Xu.

Pendapatan untuk 2022 diharapkan sejalan dengan perkiraan, mencapai CNY636,9 miliar ($92,6 miliar) dibandingkan dengan CNY636,8 miliar setahun sebelumnya.

Xu menyoroti pertumbuhan pesat di divisi cloud, menambahkan cloud “perlu menjadi fondasi – dan memungkinkan – transformasi digital” untuk Huawei dan industri vertikal.

Dia mencatat bahwa sementara lingkungan makro “penuh dengan ketidakpastian”, perusahaan yakin digitalisasi dan dekarbonisasi adalah jalan ke depan dan di mana terdapat peluang di masa depan.

Dengan pembatasan eksternal sebagai fakta kehidupan dan bisnisnya sekarang stabil, Xu menjelaskan  bahwa 2023 akan menjadi tahun yang penting dan perlu “proaktif dalam meningkatkan lingkungan bisnis dan mengelola risiko secara lebih efektif”.

Perusahaan berjanji untuk menjaga investasi R&D pada tingkat tinggi pada tahun ini. Pengeluaran litbang pada tiga kuartal pertama 2022 mencapai CNY110 miliar, atau 24,7% dari total pendapatan, naik dari 22 persen pada tahun 2021, ketika pengeluaran mencapai CNY142,7 miliar.

Sementara langkah-langkah baru memperluas cakupan larangan yang ada dari handset dan peralatan jaringan ke produk perusahaan termasuk router dan switch, dampaknya terhadap Huawei akan minimal karena AS menyumbang kurang dari 5 persen dari total penjualan.

Halaman Selanjutnya

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU