Fitur ini bisa diakses pengguna setelah menjepret foto via aplikasi dan kemudian upload ke galeri yang tersedia. Selanjutnya, micro-volunteer bakal membantu untuk menggambarkan foto sedetail mungkin. Deskripsi gambar tersebut kemudian diterima kembali oleh pengguna tunanetra melalui fitur text-to-speech.
Tentunya, aplikasi ini bisa bekerja baik, dengan catatan micro-volunteer telah meng-instal aplikasi serupa. Mengingat relawan yang tidak selalu aktif mengakses aplikasi ini, maka deskripsi foto belum tentu bisa diproses secara instan. Terkadang bisa memakan waktu sekian menit, jam, atau bahkan berhari-hari. Kesabaran pengguna cacat dibutuhkan disini.
MySmartEye berjalan di sistem operasi mobile Android dan iOS. Pengguna smartphone bisa mengunduhnya secara gratis. Sekilas, konsep kerja MySmartEye ini terdengar mirip sebuah aplikasi Lend an Eye – yang dirancang untuk membimbing tunanetra menapaki jalan tidak dikenal menggunakan video.
Selain meluncurkan app MySmartEye, StarHub juga mengumumkan rencana SmartBuddy untuk menawarkan paket bicara, SMS, dan data dalam langganan bulanan yang rendah. Program mulia ini hanya ditawarkan pada penderita tunanetra dan tunarungu saja. (Choiru Rizkia)