Jakarta, Selular.ID – Smartphone Xiaomi banyak dielukan pengguna karena harga jualnya yang murah. Perangkat besutan perusahaan seringkali dijual dengan harga dua kali lebih rendah dibandingkan handset dari brand lain dengan spesifikasi mirip.
Namun di sisi lain, tidak sedikit juga orang yang mengaitkan harga murah dengan kualitas murahan. Dan karena demikian, sepertinya Xiaomi ingin mengubah pandangan itu.
Dilansir dari TechNode, CEO Xiaomi, Lei Jun, mengatakan bahwa harga smartphone besutannya di masa depan mungkin akan lebih tinggi daripada yang biasa dipatok perusahaan.
Rupanya, eksekutif perusahaan prihatin dengan pandangan banyak orang yang mengasosiasikan ‘murahan’ ke perangkat yang berharga lebih murah, dengan mengatakan:
“Sebenarnya, kami ingin menyingkirkan reputasi sebagai smartphone dengan harga kurang dari RMB2.000. Kami ingin berinvestasi lebih banyak dan membuat produk yang lebih baik.”
Harga RMB 2.000 kira-kira sama dengan Rp4,3 juta. Itu adalah harga tertinggi dari jajaran smartphone menengah-nya. CEO dengan cepat mengklarifikasi bahwa kenaikan harga pada akhirnya tidak akan signifikan:
“Saya katakan secara internal bahwa ini mungkin terakhir kali harga kami di bawah RMB3.000. Di masa depan, smartphone kami mungkin akan lebih mahal. Tidak banyak, tapi sedikit lebih mahal.”
Harga yang ia sebutkan adalah sekitar Rp6,4 juta dan mengacu pada Mi 9, yang diluncurkan di Cina dengan harga 2.999 RMB.
Selama setahun terakhir ini sebagian besar pabrikan lain menaikkan harga flagship mereka untuk menjadikannya lebih premium. Tampaknya Xiaomi akan mengikutinya, meskipun kemungkinan akan tetap lebih rendah dari rata-rata harga kompetisi.
Pernyataan CEO itu tidak terlalu mengejutkan mengingat tahun lalu Xiaomi memisahkan merek Redmi sebagai sub-brand yang berorientasi pada smartphone budget-friendly. Di masa depan, kita mungkin akan melihat selisih harga antara keduanya kian melebar, dengan Xiaomi semakin mendekat ke Huawei dalam hal harga.
Xiaomi dan Huawei adalah pembuat smartphone terbesar di China saat ini dan keduanya mendapatkan pangsa pasar dengan cepat. Namun, upaya pemasaran Huawei telah berhasil membuat perusahaan mendekati Samsung dalam hal cara pelanggan melihatnya, sementara Xiaomi masih dipandang sebagai tiruan Apple oleh banyak orang.
Tentu saja, kenaikan harga juga akan mengerek keuntungan Xiaomi lebih tinggi. Mudah-mudahan, pabrikan Cina itu menepati janjinya untuk menggunakan kelebihan kas itu untuk memproduksi smartphone yang lebih baik atau kalau tidak, penggemarnya mungkin akan meninggalkannya.