Tingkat call drop BTel saat ini rata-rata hanya 0,7 persen, jauh dibawah ambang batas yang ditetapkan pemerintah yaitu maksimal 5 persen seperti tercantum dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 13/PER/M.KOMINFO/04/2008. Dengan merujuk pada data CDG (CDMA Development Group) teknologi CDMA 1x dan EVDO yang kini dipakai BTel memiliki keunggulan teknis dibanding dengan teknologi wireless lainnya. Keunggulan ini memungkinkan Bakrie Telecom menjamin kualitas sinyal Esia, baik untuk layanan suara maupun data
“Bahkan dengan kekuatan sinyal minim pun, pelanggan Esia masih bisa melakukan maupun menerima panggilan telepon dengan baik dan lancar. Sesuatu hal yang sulit dilakukan kalau menggunakan telepon wireless lainnya”, tambah Danny.
Selain itu peningkatan kapasitas jaringan juga menjadi perhatian utama. Kemampuan 1 BTS (Base Transceiver Station) BTel bisa menyalurkan trafik lebih banyak dibanding GSM. Data CDG memperlihatkan perbandingannya bisa mencapai 3 banding 1 dimana 1 BTS BTel 3 kali lebih banyak menampung pembicaraan telepon dibanding operator GSM pada saat yang bersamaan. Dengan kemampuan tersebut, Danny yakin kapasitas jaringan BTel sudah sangat memadai. “Dua fokus utama dalam soal kapasitas. Untuk Jabodetabek serta Bandung dimana pelanggan Esia mendominasi peningkatan kapasitas dilakukan gradual mengikuti laju pertumbuhan pelanggan. Sementara di luar kedua kota tersebut, kapasitas kami masih mampu menampung lonjakan trafik sehingga upaya dilakukan dengan menjaga tingkat performansi jaringan”
Saat ini BTel memiliki 4000 BTS. Menurut Danny, BTel akan menambah jumlah hingga 300 – 500 BTS lagi untuk masa-masa mendatang. Tahun ini BTel akan menginvestasikan dana US$ 200 juta dan 80 persennya ditujukan untuk jaringan. Hingga saat ini Esia sudah bisa dinikmati di 82 kota di seluruh Indonesia. Dengan jumlah pelanggan mencapai 13 juta per tahun 2010. (Edi Kurniawan)
