Selular.id – Layanan konferensi video Zoom dan platform desain Canva mengalami gangguan atau down pada Jumat (5/12/2025) sore.
Pengguna yang mencoba mengakses situs web atau aplikasi desktop dari kedua layanan tersebut hanya menemui pesan kesalahan “500 Internal Server Error”.
Gangguan ini terjadi sekitar pukul 16.09 WIB dan berangsur pulih dalam hitungan menit.
Berdasarkan pengamatan, situs pemantau gangguan seperti DownDetector juga sempat tidak dapat diakses, sehingga mempersulit pelacakan awal terhadap skala masalah.
Investigasi kemudian mengarah pada Cloudflare, perusahaan infrastruktur jaringan dan keamanan siber yang digunakan oleh banyak platform internet global, termasuk Zoom dan Canva.
Status halaman resmi Cloudflare mengonfirmasi adanya masalah yang memengaruhi Dashboard dan API mereka pada 5 Desember pukul 09.09 UTC (16.09 WIB).
Cloudflare menyatakan mereka sedang menyelidiki masalah tersebut, yang menyebabkan permintaan dari pelanggan yang menggunakan Dashboard atau API Cloudflare mungkin gagal dan menampilkan berbagai kesalahan.
Hanya dalam waktu tiga menit, tepatnya pukul 09.12 UTC (16.12 WIB), Cloudflare melaporkan bahwa masalah telah terselesaikan.
Pemulihan ini sejalan dengan kembalinya akses normal ke layanan Zoom dan Canva yang diamati tak lama kemudian.
Gangguan singkat ini kembali mengingatkan betapa krusialnya peran penyedia infrastruktur cloud dalam ekosistem digital modern.
Ketergantungan banyak layanan populer pada platform seperti Cloudflare berarti masalah teknis di satu titik dapat berimbas secara luas.
Ini bukan kali pertama Cloudflare mengalami gangguan yang berdampak global.
Beberapa waktu lalu, insiden serupa yang lebih lama pernah terjadi dan dijuluki “kiamat kecil” karena mengganggu operasi setengah internet global, termasuk berbagai layanan streaming, komunikasi, dan e-commerce.
Dampak Gangguan Infrastruktur terhadap Layanan Digital
Insiden Jumat sore ini, meski berlangsung singkat, menyoroti kerentanan rantai pasok digital.
Platform seperti Zoom, yang menjadi tulang punggung komunikasi bisnis dan personal, serta Canva, alat andalan untuk desain grafis, sangat bergantung pada ketersediaan dan keandalan infrastruktur pihak ketiga.
Ketika infrastruktur inti seperti yang disediakan Cloudflare mengalami gangguan, efek domino dapat langsung terasa oleh jutaan pengguna akhir di berbagai belahan dunia.
Bagi pengguna, gangguan semacam ini sering kali hanya terlihat sebagai “error” pada aplikasi favorit mereka, tanpa memahami kompleksitas jaringan di balik layar.
Padahal, untuk layanan seperti Zoom, yang tidak hanya digunakan untuk rapat tetapi juga untuk aktivasi latar belakang virtual kreatif, downtime berarti terhambatnya produktivitas dan kolaborasi.
Keandalan koneksi, termasuk faktor kecepatan upload yang sama pentingnya dengan download, menjadi tidak berarti jika server inti tidak merespons.
Baca Juga:
Pemulihan yang cepat dalam insiden kali ini menunjukkan peningkatan dalam mekanisme respons dan redundansi sistem.
Namun, kejadian berulang menegaskan bahwa industri teknologi terus berhadapan dengan tantangan dalam memastikan ketahanan layanan.
Bagi perusahaan seperti Zoom, yang pernah mengalami masa kejayaan selama pandemi namun juga menghadapi tantangan pasar pasca-pandemi, menjaga reputasi keandalan layanan adalah hal yang sangat kritis untuk mempertahankan kepercayaan pengguna.
Peristiwa ini juga menggarisbawahi pentingnya diversifikasi dan rencana cadangan bagi bisnis yang bergantung pada layanan cloud.
Meski gangguan hanya berlangsung singkat, bagi operasi bisnis yang time-sensitive, setiap menit downtime dapat berarti kerugian.
Pelajaran dari insiden besar sebelumnya, seperti gangguan AWS yang berlangsung 15 jam, telah mendorong banyak perusahaan untuk mengadopsi strategi multi-cloud atau hybrid untuk memitigasi risiko.
Cloudflare, sebagai penyedia layanan keamanan dan performa web yang melindungi serta mempercepat jutaan situs internet, telah menjadi komponen tak terlihat yang vital.
Gangguan pada sistemnya, meski singkat, langsung terdeteksi oleh pengguna platform besar.
Pemantauan real-time dari situs seperti DownDetector (yang sendiri sempat down) menjadi barometer pertama bagi banyak orang untuk memverifikasi apakah masalah yang mereka alami bersifat lokal atau global.
Kedepan, tuntutan untuk ketersediaan layanan yang mendekati 100% akan semakin tinggi.
Insiden seperti ini, sekalipun resolusi-nya cepat, akan terus mendorong inovasi di bidang ketahanan infrastruktur, sistem pemantauan yang lebih canggih, dan protokol pemulihan bencana yang lebih efisien.
Bagi pengguna, memahami bahwa layanan digital modern dibangun di atas jaringan yang kompleks dan saling terhubung adalah langkah awal untuk memiliki ekspektasi yang realistis dan menyiapkan mitigasi untuk aktivitas-aktivitas penting.




