Selular.id – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) diproyeksikan akan semakin mendominasi perkembangan smartphone pada 2026.
Proyeksi ini disampaikan langsung oleh President of Honor South Pacific, Justin Li, yang menyebut fokus perusahaan ke depan adalah meningkatkan kapabilitas AI Imaging dan AI Productivity, serta memperluas integrasi ekosistem lintas perangkat.
Menurut Justin, inovasi yang akan dihadirkan tetap berangkat dari insight dan kebutuhan nyata pengguna.
“Salah satu perangkat AI revolusioner yang akan diungkap lebih detail dalam ajang Mobile World Congress (MWC) 2026 adalah Robot Phone,” kata Justin, Minggu (14/12/2025).
Perangkat ini disebut akan mengintegrasikan kecerdasan multi-modal berbasis AI, fungsi robotik, serta kemampuan handheld imaging yang canggih.
Tren AI yang diprediksi mendominasi tahun depan dinilai sebagai kelanjutan dari arah perkembangan sepanjang 2025.
Justin menilai, tren smartphone tahun ini telah bergerak kuat menuju pengalaman berbasis AI.
Konsumen kini tidak hanya mempertimbangkan spesifikasi perangkat, tetapi juga kecerdasan yang mampu membantu aktivitas harian, mulai dari fotografi yang lebih intuitif hingga peningkatan produktivitas.
“Karena itu, Honor terus memperkuat inovasi AI yang benar-benar dipakai dan dirasakan manfaatnya oleh pengguna,” tuturnya.
Pandangan serupa disampaikan oleh Senior Consultant dan Analis Pasar Smartphone SEQARA Communications, Aryo Meidianto Aji.
Ia menilai tren smartphone pada 2026 tidak lagi bertumpu pada kekuatan hardware semata, melainkan pada kapabilitas software dan AI yang semakin matang.
“Dari yang saya amati, 2026 akan menjadi tahun di mana perangkat smartphone akan hadir karena faktor pembeda dari perangkat lunak,” kata Aryo, Sabtu (6/12/2025).
Menurut Aryo, personalisasi AI akan menjadi sorotan utama.
Teknologi tersebut akan mampu mempelajari kebiasaan pengguna dan secara otomatis menyesuaikan performa perangkat.
Namun, perkembangan ini memiliki dua sisi. Di satu sisi, produsen akan berlomba mengembangkan AI mereka masing-masing, tetapi di sisi lain biaya pengembangan teknologi tersebut juga tidak murah.
Baca Juga:
Aryo juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa harga perangkat berpotensi meningkat di masa depan, terutama dengan kemungkinan kelangkaan memori yang dibutuhkan untuk menjalankan fitur AI. Isu kenaikan harga ini sejalan dengan analisis sebelumnya yang menyebutkan bahwa RAM 16GB di ponsel bisa punah pada 2026 dengan harga yang tetap naik karena tekanan kebutuhan komputasi AI.
Baterai Besar dan Integrasi Ekosistem Jadi Kunci
Selain harga, tren AI dinilai akan mendorong terbentuknya standar baru kapasitas baterai smartphone.
“Berkaitan dengan AI, ke depan memang tren standar smartphone akan membawa baterai besar yang dioptimasi oleh AI, tidak heran jika ke depan baterai 6000 mAh, 7000 mAh bahkan lebih akan hadir di setiap lini produk,” tutur Aryo.
Prediksi ini menunjukkan pergeseran signifikan dari fokus pada ketipisan perangkat, seperti yang pernah menjadi tren dengan daftar smartphone tertipis 2025-2026, menuju daya tahan yang mendukung komputasi AI intensif.
Integrasi ekosistem juga diperkirakan menjadi strategi kunci bagi berbagai vendor. Aryo menyebut produsen akan semakin mendorong konektivitas antarpiranti, mulai dari smartwatch hingga perangkat smart home.
Di sisi lain, industri juga akan menghadapi tekanan untuk memproduksi perangkat yang lebih ramah lingkungan, termasuk melalui pemanfaatan material daur ulang.
Aryo menambahkan, smartphone ke depan juga berpotensi dilengkapi sensor kesehatan yang lebih canggih dan terintegrasi dengan layanan kesehatan digital.
Dinamika Pasar 2025 sebagai Pijakan
Aryo turut menyoroti dinamika pasar smartphone sepanjang 2025 sebagai pijakan menuju tren 2026.
Menurut dia, pada tahun ini harga smartphone semakin terjangkau dengan spesifikasi yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Fitur AI yang sebelumnya hanya hadir di ponsel flagship kini mulai merambah segmen menengah.
“Kelas mid-range kini sudah mulai integrasi AI untuk kamera, battery management, dan produktivitas,” kata Aryo.
Selain itu, kesadaran konsumen terhadap kapasitas baterai dinilai meningkat signifikan.
Baterai berkapasitas 5000 mAh kini dipandang sebagai standar baru, bahkan di kelas entry-level, sementara kapasitas 7000 mAh mulai menjadi pencapaian di perangkat mid-level hingga flagship.
Dari sisi jaringan, adopsi 5G di Indonesia dinilai masih terbatas pada kawasan tertentu.
“Di Indonesia, 5G masih lebih banyak sebagai ‘marketing feature’ daripada kebutuhan praktis, kecuali di kota besar tertentu dan di wilayah perkotaan tertentu,” tandasnya.




