Selasa, 30 Desember 2025
Selular.ID -

Studi Ungkap Bahaya Gadget Sebelum Usia 13 Tahun: Obesitas hingga Depresi

BACA JUGA

Selular.id – Sebuah studi terbaru dari American Academy of Pediatrics (AAP) mengungkapkan dampak serius pemberian gadget pada anak sebelum usia 13 tahun.

Riset yang dipimpin Profesor Ran Barzilay ini menemukan korelasi kuat antara kepemilikan ponsel pintar di usia dini dengan peningkatan risiko gangguan tidur, obesitas, hingga depresi.

Temuan ini mendorong sejumlah negara, dengan Australia sebagai pelopor, untuk mengambil langkah tegas dengan menerapkan pembatasan akses media sosial bagi anak-anak.

Studi yang dipublikasikan awal bulan ini menganalisis data lebih dari 10.500 anak di 21 lokasi berbeda di Amerika Serikat. Hasilnya cukup mencengangkan.

Anak-anak yang menerima ponsel pada usia 12 tahun memiliki risiko gangguan tidur lebih dari 60 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang baru mendapatkannya di usia 13 tahun.

Selain itu, risiko obesitas juga meningkat lebih dari 40 persen pada kelompok yang lebih muda.

“Pada usia 13 tahun, di antara 3.486 remaja yang tidak memiliki ponsel pintar pada usia 12 tahun, mereka yang memperoleh ponsel pintar dalam setahun terakhir memiliki kemungkinan lebih besar melaporkan psikopatologi tingkat klinis dan kurang tidur dibandingkan mereka yang belum memilikinya,” jelas Ran Barzilay, psikiater anak dan remaja di Rumah Sakit Anak Philadelphia, seperti dikutip dari The Independent.

Pernyataan ini disampaikan setelah tim peneliti mengontrol kondisi kesehatan mental dan tidur pada awal penelitian.

Dampak Kesehatan Mental dan Fisik yang Mengkhawatirkan

Para peneliti menyimpulkan bahwa kepemilikan gadget pada remaja, khususnya di masa transisi antara kanak-kanak dan remaja, berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan.

Masalah tersebut tidak hanya bersifat fisik, seperti obesitas dan kualitas tidur yang buruk, tetapi juga mental, termasuk depresi.

Temuan ini memperkuat kekhawatiran global yang telah lama mengemuka mengenai dampak teknologi digital dan media sosial terhadap perkembangan generasi muda.

Karena dinilai serius, tim peneliti merekomendasikan perlunya pengembangan kebijakan publik yang lebih kuat untuk melindungi anak dan remaja dari dampak negatif teknologi.

Rekomendasi ini bukan tanpa alasan. Paparan konten yang tidak sesuai, tekanan sosial di dunia maya, dan waktu screen time yang berlebihan dianggap sebagai faktor pemicu utama.

Sebelumnya, sebuah artikel di Selular.id juga membahas bagaimana screen time gadget berlebih pada anak dapat meningkatkan risiko gangguan hingga 30%.

Respons Global: Dari Australia hingga Amerika Serikat

Sejumlah negara telah menindaklanjuti temuan-temuan serupa dengan kebijakan konkret.

Australia menjadi negara pertama yang menerapkan larangan akses media sosial secara nasional bagi anak di bawah usia 16 tahun.

Kebijakan yang mulai berlaku awal bulan ini mewajibkan perusahaan teknologi untuk memblokir akses ke platform seperti TikTok dan Instagram berdasarkan usia pengguna.

Langkah ini diambil setelah pertimbangan mendalam mengenai dampak media sosial terhadap kesehatan mental anak.

Di Amerika Serikat, respons muncul dalam bentuk legislasi di tingkat negara bagian.

Beberapa negara bagian telah mengesahkan undang-undang yang membatasi akses anak ke media sosial.

Aturan tersebut antara lain mewajibkan persetujuan orang tua untuk pembuatan akun media sosial bagi remaja di bawah usia tertentu.

Upaya ini sejalan dengan rekomendasi studi AAP untuk memiliki payung kebijakan yang melindungi anak.

Langkah serupa juga sedang dipertimbangkan oleh Malaysia dan beberapa negara lain, menandakan adanya kesadaran global yang meningkat.

Regulasi ini tidak hanya tentang pembatasan, tetapi juga mendorong tanggung jawab platform digital.

Seperti yang pernah diangkat Selular.id, otoritas di Indonesia juga mendorong kepatuhan platform, sebagaimana terlihat dalam kasus Komdigi yang meminta Roblox patuhi regulasi perlindungan anak Indonesia.

Peran orang tua dan pendekatan teknologi yang ramah anak menjadi kunci di tengah pembatasan ini.

Solusi tidak selalu berarti menjauhkan anak sepenuhnya dari teknologi, tetapi mengelola penggunaannya dengan bijak.

Beberapa produsen gadget telah merespons dengan menghadirkan perangkat yang dirancang khusus untuk kebutuhan dan keamanan anak, seperti Huawei MatePad SE 11 Kids Edition yang menawarkan fitur kontrol orang tua dan konten edukatif.

Studi AAP dan kebijakan yang mengikutinya menjadi pengingat pentingnya pendekatan holistik dalam mendidik anak di era digital.

Kolaborasi antara peneliti, pembuat kebijakan, perusahaan teknologi, dan terutama keluarga dinilai crucial untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan sehat bagi pertumbuhan generasi mendatang.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU