Selular.id – Generasi Z (Gen Z) secara global mulai menunjukkan pergeseran pola hidup yang signifikan, dari menghabiskan waktu dengan doomscrolling di media sosial menuju aktivitas fisik yang lebih aktif dan bermakna. Temuan ini terungkap dalam laporan tahunan ke-12 Strava, “Year In Sport: Trend 2025”, yang dirilis hari ini, Rabu (3/12/2025).
Laporan yang menganalisis miliaran aktivitas dari komunitas global Strava serta survei terhadap lebih dari 30.000 responden ini menyoroti bagaimana Gen Z memprioritaskan gerak, jejaring, dan komunitas di dunia nyata. Mereka tidak hanya lebih banyak berlari dan mengikuti race, tetapi juga menemukan koneksi sosial melalui klub lari dan mengalokasikan anggaran lebih besar untuk kebugaran daripada untuk berkencan.
Michael Martin, CEO Strava, mengonfirmasi tren ini. “Lebih dari setengah Gen Z berencana untuk lebih sering menggunakan Strava pada 2026, sementara sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa penggunaan Instagram dan TikTok akan tetap sama atau justru berkurang,” ujarnya. “Sebagai kelompok dengan pertumbuhan tercepat di Strava, kami melihat Gen Z mencari pengalaman nyata, bukan waktu layar yang lebih panjang.”
Lari Tetap Raja, Tapi Aktivitas Semakin Beragam
Data Strava mengonfirmasi bahwa lari tetap menjadi olahraga paling populer di platform tersebut sepanjang 2025, dengan partisipasi dalam race atau event menunjukkan peningkatan. Gen Z tercatat 75% lebih sering menjadikan race sebagai motivasi utama berolahraga dibandingkan dengan Generasi X (Gen X). Lonjakan ini juga diikuti oleh para pelari pemula dan menengah, di mana 86% di antaranya berhasil mencatat rekor pribadi terbaik tahun ini.
Namun, rutinitas Gen Z tidak monoton. Mereka semakin menyeimbangkannya dengan berjalan kaki, latihan beban, dan aktivitas lainnya. Latihan beban, khususnya, mengalami peningkatan popularitas. Gen Z dua kali lebih mungkin daripada Gen X untuk menjadikannya olahraga utama, dengan motivasi membentuk tubuh 61% lebih tinggi. Tren ini juga kuat di kalangan perempuan, yang 21% lebih mungkin merekam aktivitas Latihan Beban di Strava dibandingkan pengguna laki-laki.
Lebih dari 54% pengguna Strava kini mencatat lebih dari satu jenis olahraga, dengan berjalan kaki menempati posisi kedua sebagai aktivitas yang paling banyak direkam. Meski demikian, memulai olahraga baru seperti ski atau snowboarding masih menjadi tantangan, di mana Gen Z dua kali lebih berpeluang merasa canggung dibandingkan Gen X.
Baca Juga:
Investasi Waktu, Uang, dan Komunitas untuk Kebugaran
Meski 65% Gen Z mengaku terdampak inflasi, komitmen mereka terhadap kebugaran justru meningkat. Sebanyak 30% berencana menambah pengeluaran untuk kebugaran di tahun 2026. Investasi terbesar mereka adalah pada perangkat wearable, di mana Gen Z 63% lebih tinggi kemungkinannya membelinya dibanding Gen X.
Prioritas pengeluaran Gen Z sangat jelas: 64% lebih memilih mengalokasikan uang untuk perlengkapan olahraga daripada untuk berkencan. Bahkan, olahraga menjadi medium sosialisasi baru. Sebanyak 39% lebih tinggi Gen Z dibanding Gen X menggunakan aktivitas fisik untuk bertemu orang dengan minat serupa. Hampir setengah responden (46%) menyatakan olahraga adalah ide yang “boleh banget” untuk kencan pertama.
Komunitas berbasis aktivitas fisik juga berkembang pesat. Jumlah Klub baru di Strava hampir naik empat kali lipat pada 2025, sehingga totalnya mencapai 1 juta klub. Klub hiking tumbuh paling pesat (5,8x), disusul klub lari (3,5x). Aktivitas yang diorganisir klub naik 1,5 kali dari tahun sebelumnya, menandakan peralihan kuat dari komunitas daring ke pertemuan langsung.
Liburan Tetap Aktif dan Dominasi Teknologi Pendukung
Bagi Gen Z, berolahraga saat liburan bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban. Sebanyak 23% lebih tinggi Gen Z dibanding Gen X menganggap aktivitas fisik saat liburan adalah hal yang wajib. Filosofi populer mereka adalah “lari, berjemur dan ngemil”. Meski perjalanan internasional menurun, eksplorasi di sekitar rumah meningkat, dengan olahraga musim dingin (65%), hiking (58%), dan olahraga air (48%) menjadi alasan utama bepergian.
Di sisi teknologi, smartphone tetap menjadi perangkat paling populer untuk merekam aktivitas, digunakan oleh 72% pengguna. Garmin dan Apple Health menyusul di posisi berikutnya. Apple Watch mendominasi kategori jam tangan, sementara ASICS Novablast untuk pertama kalinya merebut posisi pertama sebagai sepatu lari terpopuler, menggeser Nike Pegasus.
Kecerdasan buatan (AI) semakin berperan sebagai pelatih cerdas, dimanfaatkan oleh 46% responden. Strava dan mitranya, Runna, memimpin tren ini. Fitur Routes berbasis komunitas Strava, yang menganalisis data rute populer untuk rekomendasi personal, sangat diminati dengan rute baru muncul setiap 19 detik. Strava juga terus berinovasi di perangkat wearable seperti Apple Watch untuk mendukung pengalaman pengguna yang lebih baik.
Peta Aktivitas Indonesia: Sulawesi Utara Paling Aktif, Yogyakarta Rajin Pagi
Laporan Strava 2025 juga memberikan gambaran spesifik tentang pola aktivitas masyarakat Indonesia. Sulawesi Utara menjadi wilayah paling aktif dengan median langkah harian terbanyak secara nasional (5.392 langkah), diikuti Banten (5.342) dan Sulawesi Selatan (5.308).
Dalam hal berjalan kaki, Sulawesi Tenggara memimpin sebagai wilayah dengan pejalan kaki tercepat dengan pace rata-rata 00:12:37/km. Namun, untuk jarak tempuh, Nusa Tenggara Timur menjadi juara dengan rata-rata 3,9 km per sesi. Yogyakarta menonjol sebagai kota dengan pengguna yang paling banyak bergerak di pagi hari, di mana 55,4% aktivitas dilakukan antara pukul 4–7 pagi.
Secara global, Copenhagen dinobatkan sebagai area metro tercepat untuk lari, sementara pengguna di Afrika Selatan dan Kolombia paling sering berlari dalam kelompok. Data dari perangkat wearable seperti yang diproduksi Garmin semakin menunjukkan nilai tidak hanya untuk pelacakan kebugaran, tetapi juga untuk wawasan kesehatan yang lebih luas.
Laporan Strava edisi ke-12 ini tidak hanya menjadi cermin perubahan perilaku generasi muda, tetapi juga penanda bagaimana teknologi dan komunitas bersinergi mendorong gaya hidup aktif. Dengan komitmen Gen Z yang kuat dan dukungan platform seperti Strava yang terus berkembang, termasuk dengan penyegaran antarmuka dan fitur, tren positif ini diprediksi akan terus menguat di tahun-tahun mendatang, mengubah kebiasaan pasif di depan layar menjadi energi kolektif untuk bergerak di dunia nyata.



