Rabu, 17 Desember 2025
Selular.ID -

Robot Humanoid China Bumi Dijual Seharga iPhone, Tantang Dominasi AS

BACA JUGA

Selular.id – Robot humanoid canggih dengan harga setara smartphone flagship kini bukan lagi impian.

Perusahaan China, Songyan Power, bersiap meluncurkan robot humanoid bernama Bumi dengan harga yang sangat disruptif, hanya 9.998 yuan atau sekitar US$1.400.

Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk memperdalam rivalitas teknologi dengan Amerika Serikat dan membawa robotika ke ranah konsumen yang lebih luas.

Robot Bumi telah menjadi bahan pembicaraan setelah Songyan Power menandatangani perjanjian dengan Huichen Technology untuk memasok 1.000 unit.

Robot ringan ini diklaim mampu berjalan, berlari, menari, dan merespons perintah suara.

Yang menarik, robot ini dirancang untuk diprogram dengan alat drag-and-drop yang sederhana, menjadikannya target ideal untuk edukasi anak-anak dan pembelajaran robotika bagi pemula. Rencananya, penjualan akan dimulai pada Januari 2026.

Kehadiran Bumi dengan harga terjangkau ini menciptakan kontras yang tajam dengan lanskap robotika global yang selama ini didominasi oleh produk-produk berharga premium dari AS.

Pergerakan China ini menandai dimulainya era baru di mana robot humanoid tidak lagi eksklusif untuk laboratorium riset atau operasi industri berat, tetapi mulai merambah ke ruang kelas dan rumah tangga.

Strategi Disrupsi Harga untuk Kuasai Pasar

Harga robot Bumi yang hanya sekitar US$1.400 menciptakan jurang yang sangat lebar dengan produk serupa dari perusahaan AS.

Sebagai perbandingan, Tesla Optimus diproyeksikan memiliki harga antara US$20.000 hingga US$30.000 ketika diproduksi massal.

Sementara itu, Digit dari Agility Robotics, yang dirancang khusus untuk operasi logistik, dibanderol dengan harga fantastis sekitar US$250.000.

Perbedaan harga ini mencerminkan filosofi dan strategi bisnis yang berbeda.

Pendekatan AS berfokus pada penciptaan nilai ekonomi yang jelas melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi di lingkungan industri, dengan model bisnis yang menargetkan pengembalian investasi yang terukur.

Di sisi lain, strategi China dengan Bumi tampak lebih agresif dalam hal disrupsi harga, beroperasi dengan margin keuntungan yang tipis untuk mencapai skala adopsi yang masif dan cepat.

Ini adalah permainan jangka panjang untuk mendominasi ekosistem dan membentuk standar platform, sebuah strategi yang telah terbukti sukses di industri smartphone dan kendaraan listrik.

Dengan membuat teknologi robotika menjadi terjangkau, China berpotensi membuka pasar yang sangat besar di sektor pendidikan dan konsumen awal, sekaligus mengumpulkan data berharga dari interaksi manusia-robot di berbagai skenario dunia nyata.

Dampak Global dan Pertarungan Dua Visi Teknologi

Peluncuran robot humanoid murah seperti Bumi diperkirakan akan membawa dampak berlapis secara global.

Di sektor pendidikan, akses yang lebih terbuka dapat menjadi katalis untuk melahirkan lebih banyak talenta dan inovasi di bidang STEM.

Lebih banyak sekolah dan universitas dapat memperkenalkan pemrograman dan robotika kepada siswa dengan cara yang lebih interaktif dan nyata.

Namun, perang harga yang mungkin terjadi juga menyimpan risiko.

Para ahli menyoroti potensi pengikisan margin keuntungan industri secara keseluruhan, yang pada akhirnya dapat mengurangi insentif untuk penelitian dan pengembangan mendalam yang berisiko tinggi.

Fokus pada produksi massal dan reduksi biaya berpotensi menggeser perhatian dari inovasi radikal yang membutuhkan waktu pengembangan lebih lama.

Perbedaan visi antara China dan AS dalam pengembangan robot humanoid ini juga tercermin dalam pendekatan perusahaan teknologi.

Sementara China dan beberapa perusahaan seperti Tesla fokus pada pengembangan robot fisik secara masif, raksasa seperti Meta mengambil jalur berbeda dengan mengembangkan sistem operasi robot yang dapat menjadi “otak” bagi berbagai jenis mesin.

Di sisi lain, kolaborasi seperti antara ADI dan NVIDIA untuk mempercepat robot humanoid dengan platform Jetson Thor menunjukkan bagaimana kemajuan dalam komputasi AI juga menjadi kunci persaingan.

Persaingan ini juga memperlihatkan bagaimana robot humanoid mulai menemukan peran praktisnya.

Sebelumnya, kita telah melihat robot humanoid Galbot G-1 yang mulai menggantikan fungsi kasir di toko modern, menunjukkan adopsi awal di sektor ritel.

Sementara di ajang seperti KTT Internet Yuelu 2025, robot humanoid telah mendemonstrasikan kemampuan bertinju dan berjabat tangan, mengindikasikan perkembangan yang beragam.

Pada akhirnya, perlombaan robot humanoid antara China dan AS adalah bagian dari pertarungan yang lebih besar dalam supremasi teknologi dan kecerdasan buatan.

China bertaruh pada kekuatan manufaktur, kecepatan iterasi, dan dominasi ekosistem perangkat keras melalui harga yang terjangkau.

Sementara AS mempertahankan fokus pada keunggulan dalam AI, otonomi tingkat tinggi, dan penciptaan nilai aplikasi untuk segmen industri premium.

Dengan rencana penjualan yang akan dimulai awal tahun depan, robot Bumi dari Songyan Power berpotensi menjadi salah satu produk pertama yang benar-benar membawa robot humanoid ke khalayak konsumen luas.

Keberhasilannya di pasar akan menjadi indikator penting apakah strategi disrupsi harga dapat membuka pasar massal untuk teknologi robotika, atau apakah aplikasi industri bernilai tinggi tetap menjadi penggerak utama inovasi.

Satu hal yang pasti, dinamika persaingan ini akan terus mendefinisikan masa depan interaksi antara manusia dan mesin dalam beberapa tahun ke depan.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU